Manisnya Coklat yang Bikin Sekarat

Daftar Isi


Valentine Day Seolah Budaya Wajib yang Setiap Tahun Dirayakan


Di Balik V-Day Tersimpan Bahaya dan Kerusakan bagi Generasi Muslim


Penulis Umm_Chaera

(Kontributor Media)


Siddiq-news.com -"Love is not about what you have but what you feel and my feeling choose you to stand beside me forever."
(Cinta bukanlah tentang apa yang kamu miliki, tetapi tentang apa yang kamu rasa dan perasaanku memilihmu untuk di sampingku selamanya)
-Englishcafe-


Memasuki awal Februari, muda-mudi mulai tampak memberikan sinyal kepada masing-masing pasangannya. Bahkan toko pernak-pernik simbol cinta pun menggeliat menunjukkan kreasi dan inovasinya yang unik. Aneka bunga warna-warni dan ragam coklat pun terpajang cantik di etalase-etalase mereka yang bertujuan menarik perhatian kalangan muda.


Valentine day adalah momen spesial bulan ini. Nuansa merah jambu  tersebar mewarnai berbagai pusat hiburan seperti tempat rekreasi, hotel dan unit-unit perbelanjaan negeri ini. Seakan-akan ia merupakan budaya yang harus dilakukan tiap tahun. Padahal telah diketahui budaya ini bukanlah budaya asli negeri ini apalagi Islam, tetapi tetap terpelihara di negeri yang mayoritas Muslim ini.


Fakta pun mengonfirmasi hal itu. Tersiar kabar di awal bulan ini, bahwa beberapa daerah dihebohkan dengan ratusan remaja yang mengajukan dispensasi nikah. Bukan karena alasan syariat agama tapi karena pergaulan yang kebablasan dan menjadikan pernikahan sebagai alat untuk menutupi rasa malu. Imbasnya, beberapa daerah mengeluarkan keputusan larangan merayakan valentine day.


Sungguh miris pergaulan remaja saat ini, ungkapan rasa cinta tidak cukup hanya dengan kata, tetapi pelampiasan nafsu adalah wujud bukti nyata, sehingga valentine day hanyalah legalitas sebuah kemaksiatan atas nama cinta.


Selain itu, penampakan fenomena remaja sekarang ini adalah gambaran keberhasilan kampanye seks bebas yang semakin terbuka tanpa malu. Hubungan tanpa pernikahan adalah bukan hal yang tabu. Menyewa seseorang untuk memenuhi nafsunya semata pun dianggap sesuatu yang perlu. Akibatnya banyak lahir generasi-generasi yang bernasab rancu.


Barat memahami bahwa interaksi sesama lawan jenis adalah hubungan seksual semata yang patut untuk dipenuhi dan merupakan kebutuhan dasar manusia. Jika tidak demikian, kegelisahan akan melanda dan kebahagiaan tidak akan tercipta.


Maka menjadi wajar saat teknologi canggih memasuki rumah-rumah remaja dan peran orang tua hampir tiada, sajian tontonanlah yang menjadi guru mereka dalam menghadapi berbagai persoalannya. Tidak peduli dengan norma agama maupun sosial, karena negara pun menjaminnya selama dalam lingkup suka sama suka.


Target gencarnya kampanye Barat lewat media sosial baik iklan, musik, drama, komik, novel-novel yang bersifat e-book dan lain-lain, adalah untuk merangsang naluri warganet agar syahwat yang tenang terbangkitkan dan terus mengaksesnya. Efeknya pundi-pundi koin pun mengalir deras ke rekening mereka. Itulah tujuan utama mereka dari segala aktivitasnya adalah materi, tak terkecuali syahwat manusia sebagai sumber terbesar pemasukannya.


Akhirnya fitrah suci manusia itu kini ternoda. Hampir tak ada satu orang pun yang tidak bisa mengaksesnya baik sengaja ataupun tidak sengaja. Kemudahannya dalam mengakses internet pun membawa dampak kerusakan sampai taraf akal tak mampu mencerna.


Saat remaja belum siap menerima segala informasi yang ada, maka itu adalah bencana, karena ia akan mengontrol dan menjadi akal bagi pemiliknya. Sedangkan mereka yang didahului oleh pemahaman yang benar, akan difilter dan menjadi pembanding atas informasi sebelumnya.


Syariat tak pernah berhenti mengingatkan konsekuensi penyimpangannya. Namun nafsu menolak, mengabaikan serta menganggap sebagai kefanatikan. Padahal ia sejatinya adalah penawar racun dari nestapa dosa yang berbalut manisnya cinta.


Kekuatan Potensial Remaja


Remaja adalah sumber kekuatan generasi manusia. Aliran darahnya tersimpan gelombang cita-cita peradaban yang luar biasa, perubahan hormon yang sering muncul adalah kekuatan potensial pemberian Rabb semesta. Sedangkan akalnya adalah pemimpin bagi kekuatan besarnya. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an,


{ ۞ ٱللَّهُ ٱلَّذِی خَلَقَكُم مِّن ضَعۡفࣲ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ ضَعۡفࣲ قُوَّةࣰ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ قُوَّةࣲ ضَعۡفࣰا وَشَیۡبَةࣰۚ یَخۡلُقُ مَا یَشَاۤءُۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِیمُ ٱلۡقَدِیرُ }


"Allahlah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa." (QS. Ar-Rum: 54)


Ayat di atas mengatakan masa muda adalah masa di antara dua kelemahan. Kekuatan fisik dan mental jiwanya adalah persiapan untuk menjadikannya khalifah di bumi dan mengubah dunia menjadi harapan penghuninya.


Nash tersebut juga menjadi bukti bahwa Rabb semesta mengetahui segala. Taklif syariat adalah tanda kepercayaan Pencipta bahwa manusia mampu menanggung beban syariat dengan ringan tanpa kendala.


Begitupun akal pemberian-Nya adalah anugerah dan kemuliaan yang diberikan kepada manusia, agar ia mampu menyerap informasi di sekitarnya tentang keagungan Pencipta dan ciptaan-Nya. Sedangkan cinta adalah kekuatan besar untuk mendorong seorang hamba untuk melakukan hal-hal besar di luar logika. 


Bolehkah Jatuh Cinta?


Cinta adalah fitrah yang tersimpan dalam naluri manusia yang mampu menciptakan ketenteraman dan kelestarian alam. Ia juga merupakan alasan semesta ini diciptakan. 


Seharusnya remaja Muslim memiliki kestabilan yang kokoh baik fisik, jiwa dan fitrahnya karena ia memiliki akal yang lurus. Begitu pun dengan ketenangan emosinya, karena hatinya hanya tertaut pada Pemilik cinta bukan pada harapan manusia yang penuh derita.


Tapi faktanya data-data kerusakan di negara Barat yang terjadi di kalangan remaja, kini menimpa generasi Muslim juga. Akibat sistem kehidupan negara yang tidak mengambil aturan Pencipta fitrah manusia. Sehingga kerusakan dan tindakan kriminal yang dilakukan remaja marak terjadi di berbagai belahan dunia. 


Masihkah kita bertahan pada kondisi yang tak mampu melahirkan generasi terbaik negeri ini? So, tentukan, kemanakah cinta engkau labuhkan?


Wa allahu a'lam bi ash-shawwab.