Sekularisme Kerdilkan Pengajian

Daftar Isi


Ibu-Ibu Pengajian Dipertanyakan, Seolah Abai kepada Anak-Anaknya


Padahal Pengajian adalah Satu Kewajiban dari Allah Swt. dan Dibutuhkan Setiap Muslim Muslimah 


Penulis Siti Nurtinda Tasrif

(Aktivis Dakwah Kampus)


Siddiq-news.com - Pada dasarnya setiap manusia, diciptakan oleh Allah Swt. dengan tujuan tertentu. Begitu pula Pencipta sudah menetapkan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan, dengan setiap perbuatan ada hukumnya. Dan setiap manusia akan dibebankan hukum-hukum yang sama sehingga manusia bisa hidup dengan kemuliaan dan kesempurnaan.


Setiap manusia perlu memahami hukum-hukumnya, terlebih dalam setiap aktivitasnya. Sehingga ketika ia berada dalam masa-masa sulit, ia akan mampu menyelesaikan persoalannya karena ia tahu bagaimana caranya. Begitu pula dalam mengarungi kehidupan. Setiap diri membutuhkan ilmu dalam segala sesuatunya dan tidak ada yang lebih lengkap dalam penyelesaian masalah hingga pada taraf kehidupan dunia dan akhirat kecuali ilmu-ilmu Islam.


Ilmu Islam sendiri hanya bisa didapatkan pada majelis-majelis ilmu Islam saja. Yang tentu saja tidak akan didapatkan di sekolah-sekolah. Bahkan pada area institusi pendidikan, agama Islam hanya diajarkan 2 jam saja setiap pekannya. Maka ketika kita bertanya, apakah dengan waktu yang sedikit itu dapat membuat seluruh manusia memahami hukum-hukum Islam? Tentu tidak.


Oleh sebab itulah, setiap manusia terkhusus kaum muslimin dan muslimah wajib mengaji ilmu Islam dan alternatif yang menyediakannya adalah majelis atau organisasi yang menyediakan pengajian-pengajian Islam. Sehingga setiap ibu-ibu maupun remaja sekalipun dapat memahami Islam dengan baik dan dengan Islam pula mereka dapat mengarungi hidup ini dengan penuh kebahagiaan. Karena bagi orang-orang yang terinternalisasi ilmu-ilmu Islam dalam dirinya, dia tidak akan merasa sulit melainkan akan merasa ringan. Semua disebabkan keyakinan yang mendalam kepada Penciptanya, yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba.


Namun dengan melihat betapa pengajian Islam sangat bermanfaat bagi setiap individu Muslim, ternyata tidak dapat dipahami oleh beberapa pihak. Bahkan sekelas ibu negara sekalipun. Hal inilah yang terjadi baru-baru ini, dimana seorang ibu negara, Megawati telah mengeluarkan statement bahwa mengapa ibu-ibu saat ini doyan sekali mengikuti pengajian, padahal banyak yang harus dilakukan salah satunya mengurus anak. 


Pernyataan di atas menuai kritikan tajam dari berbagai kalangan baik ibu-ibu, ulama bahkan sekelas petinggi NU. Sebagaimana yang penulis kutip dari Media karawang[dot]inews[id]id (26/02/2023), bahwasanya Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Cholil Nafis turut merespons pernyataan Megawati yang sudah minta maaf sebelumnya. Beliau merespon dengan mengatakan, "Saya maafkan. Tapi Tak ada ceritanya ibu-ibu rajin ngaji itu jadi bodoh dan tidak kreatif. Ngaji itu melatih hati dan mengaji melatih pikir. Keduanya banyak yang bisa memadukan sekaligus," tulis Kiai Cholil Nafis. Kemudian beliau melanjutkan, "Soal tak senang ngaji tak apalah, tapi tak usah usil dengan ibu-ibu yang rajin ngaji sampai kapan pun," imbuhnya lagi.


Kritikan ini cukup memberikan angin segar bagi para ibu untuk memiliki rasa bangga dalam kebiasaan baik ini. Karena hanya pengajian Islam-lah ibu-ibu yang memiliki persoalan dalam rumah tangganya termasuk masalah dalam mendidik anak, mereka bisa temukan solusinya. Tidak ada sekolah manapun di dunia ini yang bisa menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan. Malahan hanya memberikan beban pikiran yang bertambah, dimana pikiran bercabang-cabang hingga tidak memiliki fokus yang tepat. Terutama dalam mengarungi kehidupan.


Sungguh ironis, sekolah hanya memberikan teori tapi tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sehingga berbagai kalangan memilih untuk memiliki dua tempat dalam sekali waktu dalam belajar. Semua dikarenakan sekulerisasi dalam pendidikan. Memisahkan pendidikan Islam dengan sosial. Bahkan pendidikan sekarang lebih condong pada pendidikan sosial sedangkan agamanya nihil.


Sehingga masalah bagi ibu-ibu semakin besar. Ditambah kurangnya pemahaman dalam teknik mendidik anak dengan baik dan benar. Maka dengan mengikuti pengajian Islam maka setiap ibu mampu mendidik anak-anaknya dengan pemahaman Islam mulai dari penguatan akidah hingga mengarahkannya pada kepribadian Islam. Yang memiliki taraf berpikir yang tinggi, cerdas dalam berpolitik, dan bijak dalam menyelesaikan setiap persoalan kehidupan yang dihadapinya.


Maka membentuk generasi yang berkepribadian Islam hanya ada pada pendidikan Islam dengan sistem serta kurikulum yang berasal dari Islam. Sehingga setiap anak didik tidak ada yang memikirkan ilmu-ilmu sosial. Namun sedari dasar memfokuskan terlebih dahulu pada akidahnya sehingga ketika dirasa siap, maka akan dibiarkan mengenyam pendidikan umum. Namun tetap mendasarkan segala sesuatunya pada Islam yang menjadi ideologi sekaligus sumber lahirnya seluruh peraturan kehidupan. 


Pendidikan Islam sendiri hanya ada pada negara yang berideologikan Islam yakni Khilafah. Hanya Khilafah yang menjadikan setiap pendidikan mengutamakan penguasaan ilmu keislaman. Kemudian menegaskan kepada setiap umat untuk memahami bahkan menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap manusia yang beriman. Hingga tidak ada yang dapat memperdebatkannya apalagi memberikan pertentangan.


Karena hal itu akan menunjukkan betapa keimanannya hanya sebatas simbol saja bukan dijadikan sebagai tolak ukur dalam beraktivitas bahkan dengan keimanan itu dapat memberikan rasa takut akan azab Sang Pencipta. Maka kembali lagi, bahwa kita di umur berapa pun, di tempat manapun serta di waktu kapanpun haruslah menuntut ilmu Islam. Dalam hal ini menuntut ilmu Islam pun harus berdasar pada keimanan dan bukan asas keperluan duniawi semata. 


Maka keberadaan Khilafah menjadi fardhu ain di kala tidak ada satu wilayah pun yang menerapkannya. Karena esensi penerapannya yang mempengaruhi seluruh kehidupan dapat mengembalikan kejayaan Islam, peradaban Islam dan kemuliaan kaum Muslim. Tidak hanya dalam kancah nasional tapi hingga pada taraf internasional. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.