Valentine Day, Maksiat yang Menjerat

Daftar Isi


Perayaan Valentine Day yang Bukan Berasal dari Islam Kini Demikian Semarak Diikuti oleh Banyak Generasi Muslim


Generasi Muslim di Alam Kapitalisme Sekuler Ini Tak Sedikit yang Makin Jauh dan Tidak Paham dengan Ajaran Agamanya 


Penulis : Erni Setianingsih

(Aktivis Dakwah Kampus)


Siddiq-news.com | Valentine Day sebentar lagi akan tiba, mirisnya perayaan ini kerap salah digunakan oleh kalangan muda-mudi untuk berbuat maksiat. Mulai dari foya-foya, hura-hura, seks bebas, hingga pesta miras dan narkoba. 


Dilansir dari media Merdeka (04/02/2023), Valentine Day merupakan hari kasih sayang dan cinta yang diperingati setiap tanggal 14 Februari di setiap tahunnya. Dan ini juga dikenal sebagai Hari Santo Valentine atau pesta Santo Valentine. Di setiap tahunnya, orang menunjukkan cinta mereka, satu sama lain dengan mengirimkan kartu Valentine serta memberikan hadiah seperti cokelat, bunga, boneka. Kado-kado ini juga bertema cinta dan hati. Begitupun warna merah dan pink juga menjadi populer dikaitkan dengan Valentine Day.


Banyak orang di seluruh dunia menganggap hari Valentine sebagai hari kasih sayang. Nama Valentine Day sendiri berasal dari salah satu santo atau orang suci dari agama Kristen yang memiliki akhir kisah cinta yang tragis. Valentine Day adalah tradisi lama yang diduga berasal dari festival Romawi yang didedikasikan untuk Faunus, Dewa Pertanian Romawi. 


Dulu pada zaman Romawi kuno, 14 Februari merupakan hari libur guna menghormati Juno. Ia merupakan ratu mitologis dewa-dewi Romawi. Orang Romawi menyebut Juno sebagai Dewi Perkawinan. Ada juga sejarah yang sengaja dikaburkan pada tanggal 14 Februari, yaitu meninggalnya sosok yang bernama Valentine dengan cara yang sangat mengenaskan.


Pada tanggal 15 Februari juga diadakan sebuah perayaan bernama festival Lupercalia, yang umum disebut dengan festival kesuburan. Perayaannya ragam, ada yang menyatakan pada perayaan ini semua wanita akan memasukkan namanya ke dalam suatu tempat dan akan dipilih oleh pria secara acak dan nama yang dipilih adalah jodohnya. Bahkan ada pula yang menyatakan bahwa wanita yang dipilih akan digunakan sebagai pemuas nafsu lelaki yang memilih.


Dengan alasan tidak ingin ketinggalan zaman dan banyaknya pemberitaan media membuat banyak remaja Muslim ikut merayakan Valentine Day ini dengan bebas mengekspresikan rasa kasih sayang. Padahal perayaan hari tersebut bukanlah dari Islam. Justru balik mencelakakan pemikiran anak muda, akibatnya banyak yang terjebak pada pergaulan bebas.


Di sistem Kapitalisme ini cinta bisa menjatuhkan pelakunya pada perilaku yang rendahan. Perempuan yang notabene calon pencentak generasi mulia, rela kehilangan kemuliaan dan harga diri hanya demi cinta. Berawal dari coklat yang bikin perempuan baper, akhirnya perempuan tersebut pun rela melakukan apapun yang dimintai laki-laki sebagai bukti cintanya. Dengan melihat pasangannya bahagia, ia pun akan merasa bahagia. Meskipun kehormatan menjadi korbannya. 


Semua itu terjadi karena Kapitalisme memandang bahwa hidup ini untuk cari untung dan kepuasan sebesar-besarnya. Meskipun Allah memerintahkan perempuan untuk menjaga izzah dan iffahnya, tapi seks pra-nikah jika membuatnya puas dan bahagia itu akan mereka lakukan.


Pacaran untuk merayakan Valentine Day bukan menjadi sesuatu yang tabu lagi di kehidupan masyarakat kapitalis. Pemikiran rusak dari ideologi Kapitalisme telah membuat masyarakat memiliki standar yang salah dalam hidup. Ketika punya pacar dirasa mendatangkan keuntungan, menunjukkan tingkat kelakuan dan jaminan masa depan. Maka punya pacar akan menjadi suatu kebanggaan.


Masyarakat pun tidak lagi melakukan amar makruf nahi mungkar. Ketika hendak mengingatkan, ada perasaan takut dibilang ikut campur. Karena ide HAM yang dijunjung tinggi dalam sistem Demokrasi Kapitalisme. Ditambah lagi negara yang menerapkan sistem Kapitalisme, semakin menfasilitasi pemikiran yang salah. Yang dibenarkan dengan melegalkan tayangan-tayangan percintaan di media massanya. Selain membentuk mindset yang salah, tayangan-tayangan tadi juga merangsang naluri berkasih sayang pada diri manusia, menjadi bangkit dan meminta pemuasan.


Kalau belum nikah, kepada siapa naluri tersebut disalurkan? Akibat dari dilegalkannya tanyangan-tayangan tadi bisa merugikan negara sendiri karena membuat generasinya rusak moralnya. Namun, Kapitalisme ini menempatkan keuntungan materi di atas segalanya. Negara juga meninggalkan kewajibannya untuk menyediakan pendidikan gratis untuk rakyatnya, yang berbasis akidah Islam.


Dan lagi Kapitalisme yang asas materi ini tentu tidak mau rugi, dan tentu ingin mendapatkan keuntungan dengan memperjualbelikan pendidikan dan mencetak pekerja murah. Akibatnya umat Islam di dalam negara Kapitalisme adalah individu-individu yang ketakwaannya rapuh. Sehingga tidak bisa membedakan mana yang halal dan haramnya. 


Beda dengan sistem Islam. Dalam Islam jelas bahwa zina adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya jalan yang ditempuh." (QS. Al-Isra': 32)


Oleh sebab itu, negara yang menerapkan seluruh aturan Islam akan menutup rapat-rapat perzinaan dan memberikan sanksi tegas bagi warga negaranya yang melanggar. Caranya dengan memberikan pendidikan gratis berbasis akidah Islam. Negara juga akan melarang tayangan-tayangan yang mengandung pornografi maupun pornoaksi dalam bentuk film, sinetron, tayangan iklan, atau adegan langsung dalam kehidupan nyata yang dipertontonkan.


Masyarakat juga akan dibentuk menjadi masyarakat yang melakukan amar makruf nahi mungkar. Tidak ada lagi yang sungkan saling menasehati seperti di sistem Kapitalisme ini. Otomatis juga dengan keluarga yang bertakwa, akan mencetak generasi yang bertakwa pula.


Jika masih ada yang melakukan zina maka kebangetan. Negara akan memberikan hukuman tegas berupa rajam hingga mati bagi yang sudah menikah, dan cambuk seratus kali bagi yang belum menikah. Sanksi yang tegas ini bertujuan supaya kasus yang serupa tidak terulang lagi dan juga sebagai penebus dosa bagi para pelakunya.


Generasi-generasi dalam sistem Islam akan memiliki kepribadian Islam yang kuat dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Bukan malah latah ikut-ikutan budaya Barat. Kembalinya penerapan Islam kaffah di tengah-tengah kita tentu karena ada orang-orang yang memperjuangkannya. Dan janji Allah itu pasti,  bahwa Islam akan bangkit. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.