INDONESIA PERINGKAT TBC KEDUA DI DUNIA, JAMINAN KESEHATAN RAKYAT UTOPIA BELAKA?

Daftar Isi

 


Meningkatnya kasus TBC jelas menjadi bukti betapa buruknya sistem kapitalisme ini mengatur negara.


Paradigma Islam memandang bahwa kemaslahatan dan urusan rakyat menjadi prioritas negara, termasuk dalam aspek kesehatan.


Oleh Devia Ayu Purwanti

Praktisi Pendidikan


Siddiq-news.com - Miris, itulah kata yang tepat untuk kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini. Bagaimana tidak, Kemenkes baru saja merilis data bahwa Indonesia menempati peringkat kedua pada kasus penyakit tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia. Peringkat yang harusnya diraih karena sebuah prestasi, tetapi justru didapat karena penyakit yang menular. 


Perlu diketahui, tuberkulosis (TBC) adalah sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri di dalam paru-paru. Penyakit ini dapat menular melalui udara, serta diderita baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.


Sebelumnya, dari data Kemenkes pada tahun 2020, Indonesia berada di peringkat ketiga dengan penderita tuberkulosis (TBC)  sebanyak 824.000 kasus. Lalu, berkembang pesat menjadi peringkat kedua dengan penderita nya sebanyak 969.000 kasus pada 2021.


Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Brian Sri Prihastuti, mengatakan bahwa tuberkulosis (TBC) dan stunting merupakan dua masalah yang saling berkaitan dan memiliki timbal balik. TBC yang diderita ibu hamil dan anak di bawah usia 2 tahun dapat mengakibatkan stunting. Sebaliknya, imunitas yang menurun akibat masalah gizi yang terjadi pada periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK) juga dapat memperbesar risiko TBC aktif. (Beritasatu[dot]com, Senin 12 September 2022)


Di sisi lain, status gizi anak stunting yang tidak baik mengakibatkan imunitasnya lemah sehingga rentan terkena TBC. Akses pengobatan yang sulit juga menjadi faktor berkembangnya penyakit tersebut sehingga berpotensi jadi sumber penularan baru. Tidak heran, jika masih banyak kasus TBC yang tak tercatat, apalagi didukung kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai sehingga ikut berkontribusi meningkatkan kasus ini dengan pesat. 


Buruknya pencegahan, lambatnya penanganan, dan kegagalan pengobatan nyata menjadi faktor yang memengaruhi meningkatnya penyakit ini. Menambah daftar panjang borok kapitalisme yang gagal memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi rakyat.


Meningkatnya kasus TBC jelas menjadi bukti betapa buruknya sistem kapitalisme ini mengatur negara. Ironisnya, di tengah meningkatnya kasus ini, pemerintah masih saja tega mengapitalisasi sektor kesehatan. Sudah susah diakses, biaya kesehatan pun tak kalah mahal.


Negara semestinya wajib menjamin kesehatan rakyatnya. Namun faktanya, rakyat berjuang sendiri demi terbebas dari beragam penyakit menular, termasuk TBC. Belum lagi kemiskinan yang kian mendera, ditambah fasilitas kesehatan yang sangat jauh dari kata memadai, makin menambah derita rakyat. Alhasil, rasanya hanya utopia belaka memperoleh jaminan kesehatan yang murah dan berkualitas dalam naungan sistem kapitalisme.


Kondisi ini sangat berbeda dengan sistem Islam. Paradigma Islam justru memandang bahwa kemaslahatan dan urusan rakyat menjadi prioritas negara, termasuk dalam aspek kesehatan. Misal, pada kasus TBC, penyakit menular ini niscaya akan tertangani dengan baik jika sistem Islam ini diterapkan. 


Jika ditelaah, meningkatnya kasus TBC karena buruknya kebutuhan gizi dan sanitasi masyarakat. Hal ini terjadi sebab tidak terpenuhinya jaminan kesejahteraan dan kesehatan rakyat. Oleh karena itu, menjadi kewajiban negara menjamin kesejahteraan dan kesehatan rakyat.


Jaminan kesejahteraan ini dimulai dari ketersediaan dan distribusi pangan yang baik. Sehingga rakyat mampu mengakses pangan yang murah dan berkualitas untuk memenuhi gizinya. Aspek papan pun tidak kalah penting dalam menjamin kesehatan rakyat. Oleh karena itu, menjadi kewajiban negara menyediakan papan bagi rakyat yang memiliki sanitasi yang sehat, bebas dari ragam penyakit menular. Alhasil, ketersedian dan distribusi pangan yang berkualitas beserta papan yang sehat, niscaya mampu mengurai  stunting dengan cepat dan tepat sehingga menurunkan angka penderita TBC. 


Negara pun wajib mengedukasi masyarakat untuk berpola hidup sehat ala Rasulullah saw. Gaya hidup sehat ala Rasulullah saw. niscaya menjadi upaya preventif untuk mencegah penyakit menular di tengah masyarakat.


Inilah mekanisme Islam menuntaskan TBC dan penyakit menular lainnya. Mekanisme ini niscaya sukses menjadi benteng rakyat, karena ditopang dengan sistem ekonomi dan politik Islam yang mumpuni. Alhasil, menghentikan dan menutup celah penyakit menular bukan lagi utopia belaka. Wallahualam bissawab.