Kado Pahit Ramadan, Harga Pangan Melejit
Sistem Kapitalisme tidak dapat menekan lonjakan harga jelang Ramadan di setiap tahunnya. Mereka mengatakan sudah berusaha semaksimal mungkin tapi lonjakan tetap terjadi. Apalagi kebijakan tambal sulam yang diambil dengan impor bahan pangan dari luar negeri untuk stok
Ini menunjukkan ketidakmampuan negara dalam menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga dan menyediakan pasokan yang cukup sesuai kebutuhan masyarakat
Penulis Zahrul Hayati
Kontributor Media Siddiq-news & Pegiat literasi
Siddiq-news.com-Kelangkaan pangan dan naiknya harga pangan pokok yang terus berulang terjadi ini sejatinya menunjukkan kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga dan menyediakan pasokan yang cukup sesuai kebutuhan rakyat.
Semua itu terjadi karena negara menerapkan sistem kebijakan Kapitalisme. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan rakyat yang menderita. Banyak pula mafia pangan yang menimbun pasokan pangan sehingga langkah dan harga melonjak tinggi tak terkendali.
Kembali terjadi, harga sejumlah komoditas bahan pangan pokok melonjak naik. Komoditas tersebut seperti cabai, minyak goreng, gula pasir kualitas premium, hingga daging ayam ras segar. Kenaikan tersebut telah terjadi sejak 20 hari lalu jelang Ramadan.
Kenaikan harga yang terjadi di antaranya karena adanya peningkatan permintaan di masyarakat. Terkait dengan hal itu, Wakil Presiden menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi untuk mengatasi kenaikan harga akibat kelangkaan barang di pasar. Wapres berharap kenaikan harga bahan pokok jelang Ramadan tidak melampaui batas wajar. (Setneg[dot]go[dot]id, Rabu, 01/03/2023)
Meningkatnya daya beli dan belanja masyarakat saat menjelang Ramadan serta penimbunan barang diprediksi menjadi penyebab fenomena yang terus berulang tersebut. Sudah menjadi rahasia umum tradisi kenaikan harga pangan pokok yang selalu terus berulang di setiap tahun menjelang Ramadan.
Kapitalisme Sekulerisme Biang Masalah
Penimbunan barang terjadi karena adanya permainan mafia pangan pelaku pasar. Ini bukan hal aneh dalam negara yang mengadopsi sistem Kapitalisme. Masyarakat dimanfaatkan sebagai pasar yang berpotensi untuk meraih keuntungan pribadi tanpa berpihak untuk kesejahteraan masyarakat banyak.
Pertanyaannya mengapa di setiap menjelang Ramadan sampai menjelang hari raya Idul Fitri kenaikan harga dan kelangkaan barang terus terjadi? Lantas bagaimana mengatasinya dan apa solusinya?
Sistem Kapitalisme tidak dapat menekan lonjakan harga jelang Ramadan di setiap tahunnya. Mereka mengatakan sudah berusaha semaksimal mungkin tapi lonjakan tetap terjadi. Apalagi kebijakan tambal sulam yang diambil dengan impor bahan pangan dari luar negeri untuk stok. Ini menunjukkan ketidakmampuan negara dalam menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga dan menyediakan pasokan yang cukup sesuai kebutuhan masyarakat.
Siapa yang Diuntungkan?
Negara mengabaikan perannya sebagai pelayan rakyat yang seharusnya mengedepankan kepentingan masyarakat banyak justru malah memosisikan diri sebagai pembuat regulator kapitalis. Dalam hal ini negara sekadar melakukan upaya antisipatif agar tidak ada gejolak harga dan hanya berharap harga pangan tidak melampaui batas wajar. Mirisnya, juga berharap masyarakat mudah mendapatkan kebutuhannya.
Belum lagi kebutuhan hidup sehari-hari yang sangat mendesak, harga pangan pokok yang melejit naik. PHK buruh terjadi di mana-mana, pengurangan gaji karyawan, dan pengangguran pun semakin banyak. Betapa rakyat saat ini sangat terzalimi.
Rakyat sudah lelah, muak dengan gonta ganti kebijakan yang tambal sulam. Kebijakan yang tidak menyelesaikan akar permasalahan yang sebenarnya, fakta rezim hari ini telah gagal meriayah (mengurus) dan menyejahterakan rakyatnya.
Sungguh tidak ada yang bisa mengubah kondisi kita dan umat ini kecuali diri kita sendiri. Ingat firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surah Ar-Ra’d ayat 11, "Sesungguhnya Allah Swt. tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri."
Sistem Kapitalisme tidak dapat menyelesaikan semua masalah yang terjadi di kehidupan masyarakat, Semua kebijakan yang diambil berpotensi menimbulkan masalah baru dan lainnya. Akan sangat berbeda dengan sistem Islam (Khilafah). Dimana urusan rakyat menjadi perkara nomor satu yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin dalam sistem ini. Khilafah akan menjalankan tugas dan kewajiban yang diambil harus berdasarkan sumber hukum yakni Al-Qur'an dan As-sunah (hadis). Sehingga tidak akan ada yang akan menyalahgunakan kebijakan apalagi untuk kepentingan pribadi.
Islam memiliki mekanisme yang ampuh dan mampu menjaga gejolak lonjakan harga sehingga harga tetap stabil dan rakyat mampu mendapatkan kebutuhannya. Selain itu Islam juga melarang berbagai praktik curang dan tamak seperti menimbun atau memonopoli komoditas sehingga mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tanggung jawab negara sebagai pengatur urusan rakyat akan membuat rakyat adil sejahtera, tenang serta nyaman.
Namun semua itu tidak akan pernah terjadi jika negara masih mengadopsi sistem Kapitalisme sekuler. Oleh karena itu, maka untuk mewujudkannya umat Islam wajib untuk mendakwahkan dan memperjuangkannya. Wallahu a'lam bi ash-shwwab.