Krisis Moral Generasi Muda, Tanggung Jawab Siapa?

Daftar Isi

Inilah fakta generasi bentukan sistem sekuler-kapitalis dengan pemahamannya yang rusak telah berhasil menjauhkan remaja dari pemahaman dan nilai-nilai agama.

Di sinilah letak pentingnya menanamkan pemahaman dan nilai agama sejak dini kepada anak-anak.


Oleh Azma Nasira Sy

Aktivis, Pemerhati Remaja Kalsel


Siddiq-news.com--Belum genap sepekan kita memasuki bulan Ramadan, tetapi kita sudah disuguhi dengan beberapa berita tawuran remaja. Seolah kehadiran Ramadan tidak ada pengaruhnya pada keimanan mereka bahkan tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap melakukan tawuran. 

Sebagaimana dilansir dari detikNews (24/3/2023), 15 remaja berhasil diamankan oleh polisi karena tawuran menggunakan sarung yang ujungnya diikat batu di Jalan Durian, Jagakarsa, Jakarta Selatan (Jaksel) pukul 21.45 WIB. Tawuran berawal dari dua kelompok remaja yang bergerombol dan berlarian. Lalu mereka saling serang.

Tawuran dengan senjata sarung yang dimodif juga terjadi di daerah lain di hari yang sama. Mengutip Kompas (24/3/2023), tawuran antar remaja terjadi sekitar pukul 01.00 WIB di Desa Brenggong, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Atas insiden ini, 13 remaja telah diamankan oleh polisi sementara puluhan lainnya berhasil kabur.

Seolah tak ada habisnya, kasus kekerasan di kalangan remaja justru terus berulang dan semakin banyak. Mulai dari bullying yang korbannya berakhir bunuh diri hingga tawuran antar remaja yang berakhir masuk jeruji besi. Pun demikian mereka seperti tidak merasa bersalah dan menyesal setelah menyakiti dan menghabisi nyawa orang lain. Mengapa sampai demikian rusak moral  generasi muda saat ini?

Inilah fakta generasi bentukan sistem sekuler-kapitalis dengan pemahamannya yang rusak telah berhasil menjauhkan remaja dari pemahaman dan nilai-nilai agama. Pasalnya paham ini memang mengusung prinsip bahwa agama harus dipisahkan dari kehidupan dan agama dianggap sebagai aktivitas individu yang hanya mengatur hubungan dia dan tuhan-Nya saja.

Sistem kapitalis membentuk generasi hanya fokus pada pemuasan kebahagiaan. Menurut mereka bahagia adalah apabila semua keingininannya bisa tercapai. Tak peduli dengan cara yang benar atau salah menurut agama. Bahkan demi pemuasan kebahagiaan mereka tak segan untuk menyakiti orang lain.

Tentu, kedua paham ini adalah paham yang salah karena bertentangan dengan pemahaman Islam yang benar. Sebab Islam memandang bahwa agama harus diterapkan di dalam kehidupan, tidak bisa dipisahkan. Karena pemahaman dan nilai agama yang diterapkan di dalam kehidupan inilah yang akan mampu menjadi benteng seseorang untuk tidak melakukan tindak kejahatan. Ia menyadari bahwa setiap bentuk tindak kejahatan sekecil apapun adalah perbuatan tercela yang bertentangan dengan nilai agama.

Pemahaman Islam pun memandang bahwa bahagia itu adalah ketika kita sebagai hamba mendapatkan ridanya Allah. Artinya standar bahagia seorang Muslim adalah pada keridaan Allah, sehingga ia berupaya meninggalkan apa-apa yang Allah benci. Jika generasi muda kita saat ini berpemahaman demikian maka bullying, tawuran, pergaulan bebas, narkoba dan lainnya akan mampu mereka hindari. Sebab mereka memahami bahwa bullying, tawuran, pergaulan bebas dan narkoba adalah hal yang bertentangan dengan agama yang dapat menjauhkan mereka dari rida Allah. Maka disinilah letak pentingnya menanamkan pemahaman dan nilai agama sejak dini kepada anak-anak.


Penjagaan Mereka Tanggung Jawab Siapa?

Fakta-fakta kekerasan remaja di atas ataupun yang kita temui di sekitar kita tentu tidak boleh kita anggap sepele dan berakhir dengan pengabaian begitu saja. Pasalnya hal itu bisa dilakukan oleh siapa pun, bahkan anak atau keluarga kita sendiri. Karenanya perlu segera dicari solusi dan penyelesaiannya, agar kasus tawuran remaja ini tidak selalu berulang. Maka, sudah selayaknya hal ini menjadi perhatian kita bersama.

Perlu kerjasama dan penjagaan antara keluarga, masyarakat dan negara. Sebab generasi muda ini adalah aset negara. Kelak mereka lah yang akan maju menggantikan kepengurusan terhadap negeri ini. Jika generasi mudanya saat ini baik, maka kelak mereka akan mengurus negeri ini juga dengan baik. Tetapi jika saat ini moral mereka rusak, bagaimana nasib negeri ini kedepannya?

Maka, hal yang paling utama dilakukan adalah mengembalikan generasi muda pada pemahaman yang benar. Yaitu dengan mendekatkan mereka pada pemahaman dan nilai agama. Menjelaskan kepada mereka bagaimana seharusnya seorang remaja berinteraksi dengan remaja lain. Seperti tidak berlaku kasar, tidak boleh saling menyakiti baik dengan lisan atau perbuatan, tidak berdua-duaan dengan yang bukan mahram, tidak bercampur baur dalam pergaulan, menjaga pandangan, menutup aurat, dan lain sebagainya. 

Pemahaman yang sama juga seharusnya dihidupkan di lingkungan masyarakat. Remaja di lingkungan masyarakat harus senantiasa dipantau oleh warga. Apakah ada yang suka menyakiti, mengolok-olok, senang mengobarkan permusuhan, lebih lagi memantau apakah ada yang pacaran, berdua-duaan dengan yang bukan mahramnya, kumpul-kumpul dengan teman yang bukan mahram atau kumpul-kumpul yang aktivitasnya cenderung kepada kejahatan dan lain sebagainya. Jika ada, maka warga tidak boleh cuek dan membiarkan. Tetapi segera untuk memberikan nasihat agar hal-hal buruk tidak terjadi.

Selanjutnya di sekolah, guru tidak sekadar mengajar ilmu yang dimilikinya namun juga memberikan pemahaman kepada siswa terkait bagaimana menjaga pergaulan. Begitu juga dengan aturan sekolah, pun harus mendukung terjaganya pergaulan mereka. Baik dalam hal berteman, juga interaksi laki-laki dan perempuan. Kemudian juga menyediakan kegiatan kajian/rohis sebagai upaya pembinaan dan sebagainya. 

Selanjutnya lingkup negara. Ini adalah lingkup yang paling strategis. Juga memiliki peran yang sangat penting karena dapat mencakup seluruh lapisan masyarakat melalui instansi dan media yang dimilikinya. Pendidikan dan pemahaman kepada remaja dapat dilakukan secara struktur melalui instansi misal sekolah, pusat informasi dan komunikasi, instansi kepolisian, dan instansi lainnya.

Di lingkup instansi, negara dapat mengontrol media TV, media massa, youtube, juga website agar terwujud pemahaman dan lingkungan yang kondusif dan benar di tengah-tengah masyarakat. Memblokir situs-situs pornografi dan kekerasan agar tidak ditonton dan ditiru oleh remaja. Serta mensyiarkan pemahaman agama sebagai upaya dakwah dan penjagaan terhadap akidah umat.

Maka dengan sinergi kuat antara keluarga, masyarakat dan negara inilah Insyaa Allah kekerasan remaja dapat berkurang dan dicegah. Serta dapat terwujud generasi yang tangguh dan Islami yang menurunkan rida dan rahmat Allah untuk negeri ini. Aamiin Allahumma aamiin. 

Wallahu a'lam bishawwab