Pemilik Modal Menguasai Media?

Daftar Isi

 


Dalam Sistem Kapitalis, Pemilik Modal Besar dan Kekuasaan Menempati Kasta Tertinggi Kehidupan


Aturan kehidupan yang menggunakan aturan pencipta, menyebabkan setiap aktivitas masyarakat bersandar pada halal haram. Dengan demikian akan terbentuk pribadi yang taat dan selalu ada rasa takut ketika melakukan kejahatan dan kecurangan


Oleh Siti Aminah, S. Pd.

(Pegiat Opini Lainea Konawe Selatan)


Siddiq-news.com -- Beberapa hari ini yang santer diberitakan baik di media,  media sosial maupun media elektronik, terkait kasus kekerasan anak pejabat pajak. Setelah viral kasus kekerasan, banyak hal terkuak ke media. Diantaranya gaya hidup mewah yang digunakan oleh para pegawai pajak, mulai dari istri, anak, tidak ketinggalan pejabat itu sendiri.


Sebagaimana yang dilansir oleh kompas (26/2/2023), buntut terungkapnya kepemilikan harta kekayaan pejabat pajak Rafael Alun Trisambodo yang mencapai Rp 56 miliar, kini beredar luas beberapa unggahan dirjen pajak maupun para pegawai dirjen pajak yang mengendarai motor gede (moge). Video maupun foto dirjen pajak Suryo Utomo yang mengendari moge beredar luas di akun twitter, youtube, facebook, dan Instagram.


Namun, beda hal dengan ibu Mario Dandy. Postingan barang branded, gaya hidup mewah yang dulunya pernah diekspos, kini tak berjejek bak ditelan bumi.


Dikutip dari ayobandung, ibu Mario Dandy, Ernie Meike, diduga hapus unggahan Instagram miliknya. Postingan barang branded, gaya hidup mewah, langsung hilang semua. Ernie Meike diduga gercep. Ada dugaan Ernie mengunci akun Instagramnya @26_emt. Ibu Mario Dandy malah diduga hapus unggahan instagram barang branded dan gaya hidup mewah. Semua langsung lenyap tanpa bekas.


Ternyata kejadian seperti ini, pernah juga terjadi ditahun 2020 silam. Dikutip dari daily.news, hari pertama terbit majalah tempo edisi terbaru, langsung ada pihak misterius yang melakukan aksi borong habis, seperti dialami oleh seorang netizen yang menuliskan pengalamannya. 


Penghilangan jejak digital merupakan salah satu metode untuk menghilangkan jejak adanya kejahatan yang dilakukan atau menutupi kesalahan yang diperbuat. Dalam hal penghilangan jejak digital yang dibuat oleh pihak lain atau media tentu tidak mudah, bahkan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Langkah ini tentu hanya bisa dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan atau modal besar. 


Oleh karena itu, jika tak punya modal dan punya cacat, maka bersiaplah untuk tersingkir dan langsung diproses hukum. Tidak ada tawar menawar bagi yang tak punya modal. Namun, berkebalikan dengan yang punya modal atau para oligarki. Jadi bisa disimpulkan, bahwa jika memiliki modal besar, maka bisa menguasai dunia, mau salah atau benar, tetap dianggap tak bersalah. Apalagi ada kekuasaan, akhirnya memanfaatkan kekuasaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Jika tidak viral, mungkin saja tidak akan diproses.


Inilah realita berhukum dengan hukum manusia, lemah dan terbatas. Malah membentuk pribadi-pribadi yang cinta dunia dan melupakan akhirat. Rasa takut pupus, merasa akan hidup selamanya di dunia. Akhirnya ketika melakukan kesalahan, ia menutupinya dengan cara apapun, karena yang ia cari hanya keselamatan di dunia. Ia lupa bahwa ada sanksi di akhirat kelak bagi pelanggar hukum. Karena hukum Allahlah sebaik-baik hukum dan tidak meleset hitungannya.


Namun karena sistem yang diterapkan hari ini adalah sistem kapitalisme sekular, maka manusia semaunya mengatur dirinya. Apakah harta yang mereka gunakan hasil keringat rakyat atau barang haram, tetap dipakai dan tidak perduli dengan rakyat yang kelaparan. Seperti inilah sistem yang bersandar pada pemisahan agama dari kehidupan. Aturan kehidupan tidak menggunakan aturan pencipta. Aturan pencipta disingkirkan, dipakai hanya pada saat mengatur urusan individu dengan Tuhannya saja. Akhirnya manusia berbuat semaunya tanpa batasan halal haram. 


Berbeda dengan sistem Islam yang menjadikan keimanan kepada Allah Swt. sebagai benteng penjaga dalam ketaatan pada Allah. Aturan kehidupan pun menggunakan aturan pencipta, sehingga setiap aktivitas masyarakat bersandar pada halal haram. Dengan demikian akan terbentuk pribadi yang taat dan selalu ada rasa takut ketika melakukan kejahatan dan kecurangan. Ditambah lagi kesadaran akan adanya sanksi di akhirat, akan menjaga seseorang untuk terus berbuat baik. Maka manusia akan senantiasa terjaga dan tidak semena-mena kepada manusia lainnya. Apalagi yang notabene sebagai pejabat negara. Karena mereka sebagai pelayan dan pengayom masyarakat senantiasa tunduk pada aturan pencipta, dan pejabat dalam sistem Islam menyadari bahwa setiap apa yang mereka pimpin akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat. 


Jadi hanya dengan sistem Islam manusia terjaga kewarasannya. Sementara jika masih mengharapkan sistem kapitalisme sekular mengatur kehidupan manusia, mustahil rakyat memperoleh sejahtera. 

Wallahu a'lam bishawwab