Rakyat Miskin, Ibu Pertiwi Menangis

Daftar Isi


Inti Permasalahan Ekonomi Dunia Saat Ini adalah Adanya Sistem Kapitalisme yang Bercokol di Setiap Belahan Dunia


Elit Kapitalis yang Rakus Ingin Menguasai Seluruh Sumber Daya Alam, Merampas Hak Rakyat demi Kekayaan dan Kekuasaan untuk Segelintir Orang Saja


Penulis Zahrul Hayati

Aktivis Dakwah


Siddiq-news.com | Indonesia adalah negeri yang dipuja-puja bangsa dengan berjuta pesona alamnya yang indah. Negeri yang memiliki kekayaan alam yang melimpah; hasil pertanian, rempah-rempah, hasil lautnya, hutannya yang luas sebagai paru-paru dunia, tempat wisata alam, dan aneka kekayaan bahari. Tanahnya yang subur bisa ditumbuhi berbagai macam jenis tanaman, umbi-umbian, sungguh anugerah Ilahi yang sangat berarti. Sumber daya alamnya yang menjadi incaran para korporat, asing dan aseng.


Kemiskinan di Tanah Air terus memburuk. Jumlah warga miskin per September 2022 menjadi 26,36 juta penduduk; naik dibandingkan 3 tahun sebelumnya, September 2019, yakni 24,75 juta penduduk. Lalu ada 167,8 juta warga atau 60,7% dari populasi rakyat Indonesia, yang penghasilannya di bawah Rp1,1juta/bulan.


Dilansir dari JatimAntaraNews[dot]com (16/10/2022), Dinsos Surabaya mencatat lebih dari 20 ribu warga setempat masuk data kemiskinan ekstrem. Di Kabupaten Bogor 73 ribu penduduk tanah longsor dengan pendapatan hanya Rp29 ribu per hari. 


Apa artinya alam yang kaya di negeri ini, tetapi justru dieksploitasi? Tidak membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat, malah sebuah kemustahilan makin tinggi di negeri ini. Tidak ada artinya pula apabila masyarakat hanya "merasa" memiliki kekayaan SDA tetapi tidak bisa menikmatinya secara hakiki.


Penguasa Wajib Menyejahterakan Rakyat


Masalah kemiskinan sejatinya bak fenomena gunung es, dimana yang terlihat di media saat ini yakni hanya beberapa kota padahal kenyataannya masih sangat banyak, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau. Kemiskinan menjadi PR problem negeri ini yang tak kunjung terselesaikan bahkan setelah negeri ini berusia lebih dari tujuh dekade dengan dipimpin tujuh kepala negara. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan hanya berupa tambal sulam. Tidak menyentuh akar permasalahannya. Solusinya tentu tidak bisa hanya bersifat praktis saja.


Sulitnya ekonomi, sandang, pangan, papan, juga kebutuhan bahan pokok kereta gantung dan maraknya PHK di mana-mana. Semua itu nenambah PR negara sebagai penjamin untuk mengentaskan keaktifan dan kesia-siaan.


Adapun solusi yang telah dicanangkan dari tahun 2019 hingga kini seperti tidak berefek sama sekali. Pemerintah tetap saja ngos-ngosan mengentaskan kemiskinan dengan diberikan pelatihan, pembinaan dan bantuan tunai dalam bentuk kartu prakerja namun masih sulit membawa kesejahteraan, jauh panggang dari api.


Inti masalah kesulitan ekonomi dunia saat ini adalah adanya sistem Kapitalisme yang bercokol di setiap belahan dunia ini. Para elit kapitalis yang rakus ingin menguasai seluruh sumber daya alam, bahkan merampas hak rakyat demi kekayaan dan kekuatan yang tidak ingin dibagikan dengan siapapun melainkan hanya untuk segelintir orang saja. Selama sistem Kapitalisme masih dipakai oleh negeri ini maka tidak akan pernah menyejahterakan rakyat sama sekali walaupun kebijakan kartu prakerja di upayakan semaksimal mungkin dan diubah juga diperbaiki tetap saja tidak akan mampu menyelesaikan masalah respons dan kemiskinan. Masih inginkah kita hidup dalam sistem kapitalisme rusak ini? Tentu tidak. Jika demikian harus ada pengganti dari sistem rusak ini sebagai solusi pemecah problematika umat manusia secara mendasar dan menyeluruh.


Sebaliknya, Islam mengancam para penguasa yang menerima kebutuhan rakyat, apalagi menghalangi hak-hak mereka. Sabda Rasulullah saw.:


"Tidak ada pemimpin pun yang menutup pintunya dari orang yang membutuhkan, orang yang kekurangan, dan orang miskin, kecuali Allah akan menutup pintu langit dari kekurangan, kebutuhan dan misinya." (HR. At-Tirmidzi)


Konsep Islam


Demikianlah, hal ini berbeda dengan sistem Islam yang selalu menomorsatukan hajat hidup rakyat. Kepentingan rakyat dijamin penuh oleh negara. Sandang, pangan, papan, kesehatan adalah kewajiban negara untuk memenuhinya. Negara bertanggung jawab atas seluruh urusan umatnya. Oleh karena itu, untuk menghentikan reruntuhan harus dengan konsep Islam.


Islam memenuhi hal tersebut, sebab Islam diturunkan oleh Sang Pencipta yang mengetahui segala hal. Sebab Islam bukan semata agama spiritual saja, melainkan sistem yang bisa memecahkan problematika umat manusia secara mendasar dan menyeluruh. Di dalam sistem Islam tidak akan memberikan ruang bagi para kapitalis atau asing untuk menguasai sumber daya alam, sebab hal tersebut adalah kepemilikan negara yang akan dikelola untuk kebutuhan rakyat.


Selain itu negara akan menjamin bagi laki-laki balig untuk bisa mendapatkan pekerjaan dan upah yang sepadan dan layak. Dan mengentaskan kekeliruan dengan memenuhi kebutuhan pokok dan hajat umatnya. Bahkan negara memiliki cara mendistribusikan harta sesuai hukum syariat yang tidak membiarkan harta berkutat pada beberapa orang saja. 


Solusi misi yang kian akut dan respons yang kian meningkat maka tidak ada solusi lain kecuali menerapkan Islam kafah sebagai aturan hidup dan bernegara.


Semua perangkat sistemnya, baik ekonomi maupun politiknya benar-benar akan mampu mewujudkan pemenuhan pangan rakyat secara memadai dan berkualitas. Negara dalam Islamlah yang benar-benar akan hadir untuk memuliakan, juga memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. 


Negara wajib melayani segala urusan umat. Dan hal ini hanya dapat terwujud dalam sistem Islam. Satu-satunya sistem yang mengelola segala sumber daya alam dengan adil dan merata. Karena tujuan utamanya adalah kesejahteraan umat. Bukan keuntungan materi pribadi, apalagi korporasi. Sistem Islam jua-lah satu-satunya yang dapat mengentaskan kemisikinan, beserta segala masalah turunannya. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.