Mulia Hanya Dengan Menerapkan Al- Qur'an

Daftar Isi

 

Allah Swt. menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup manusia


Sudah saatnya umat ini menyadari pentingnya kembali kepada syariat Islam secara kafah, yaitu dengan menerapkan aturan Islam baik pribadi, masyarakat hingga negara, agar ketakwaan bisa benar-benar terwujud.


Oleh Ummu Akmal

(Pegiat Literasi) 


Siddiq-news.com-Alhamdullilah, saat ini umat Islam masih dalam keadaan menjalankan ibadah puasa yang hukumnya wajib pada bulan Ramadan yang penuh dengan  keberkahan tentunya untuk menggapai derajat takwa.


Sebagaimana yang Allah Swt. kehendaki pada hambaNya yang beriman dalam Al-Qur'anul karim surat Al-baqarah ayat 183: 


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."


Bulan Ramadan juga dikenal sebagai bulan Al-Qur'an , karena pada bulan inilah pertama kali terjadi peristiwa turunnya Al-Qur'an atau biasa disebut dengan istilah Nuzulul Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia untuk menggapai kemuliaan hidup didunia hingga akhirat kelak.


Sebagaimana  telah di jelaskan dalam  QS. al-Baqarah Ayat 185.


شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى 

وَالْفُرْقَانِۚ 


"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar  dan yang bathil)."


Ayat di atas jelas menerangkan bahwa Allah Swt. menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup manusia sekaligus pembeda antara hak dan batil. Artinya hanya dengan Al-Qur'an manusia bisa mendapatkan petunjuk hidup di dunia ini, serta  bisa membedakan antara perbuatan yang benar dan perbuatan yang salah, mana yang Allah Swt. ridai dan yang Allah murkai, sehingga bisa mengantarkan manusia pada derajat kemuliaan.


Berbicara tentang kemuliaan, setiap manusia jika ditanya apakah ingin hidup mulia, maka dipastikan jawabannya mau. 


Karena secara fitrah, tidak ada manusia yang ingin dihinakan, semua manusia ingin hidup mulia.


Hidup mulia adalah dambaan setiap manusia,  namun tidak semua manusia mengetahui tolok ukur atau standar kemuliaan dan bagaimana menggapai kemuliaan itu sendiri.


Mengenai standar kemuliaan, tentunya harus  paham standar yang benar. Karena jika standar salah maka salah juga pemikiran manusia, efeknya salah juga perilaku manusia dalam menggapai kemuliaan tersebut. 


Islam menjelaskan bahwa standar kemuliaan yang benar bukan lah menurut ukuran manusia, karena manusia diciptakan bersifat  lemah, terbatas dan serba kurang. Jika standar kemuliaan dikembalikan pada asumsi, akal dan logika manusia maka dipastikan salah dan justru membawa pada kehinaan, kehancuran bahkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Karena memang manusia tidak mampu menilai baik dan buruk untuk dirinya jika hanya menggunakan akalnya yang lemah. 


Kehidupan kapitalis sekuler hari ini telah mengantarkan manusia pada standar  kemuliaan yang salah. Manusia dikatakan mulia jika berlimpah materi harta, jabatan dan life style yang tinggi. Maka tidak dimungkiri fenomena flexing menjadi viral akhir-akhir ini, budaya pamer harta, pamer gaya hidup menjadi lumrah di tengah-tengah masyarakat, lagi-lagi tujuannya untuk mendapat nilai kemuliaan dan pujian dari manusia lain. Akibat nya berbagai cara akan dilakukan untuk mencapai tujuan ini, bahkan tidak peduli halal atau haram, maka dipastikan semuanya salah besar. Harta, harkat jabatan serta life style bukan lah standar atau ukuran kemuliaan manusia.


Takwa Nilai Kemuliaan 


Sebagai hamba ciptaan Allah Swt.  sudah selayaknya hidup di dunia ini harus tunduk pada aturan-Nya, tidak boleh sedikit pun menyimpang dari syariat-Nya, termasuk standar kemuliaan dan bagaimana meraih kemuliaan hidup.

Allah Swt. berfirman dalam QS. Al Hujurat ayat 13:


ا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ


"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa".


Jelas ayat di atas mengatakan bahwa Allah Swt. telah menetapkan orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa,  bukan orang yang terkaya, bermartabat atau orang yang gaya hidupnya paling tinggi. 


Islam menjelaskan orang yang mulia adalah orang yang paling bertakwa, namun bagaimana cara meraih derajat takwa tersebut?maka Islam pun menjelaskan dengan rinci. 


Menurut Tafsir Ibnu Katsir, arti dasar dari "takwa" adalah menaati Allah Swt. dan tidak bermaksiat kepada-Nya.


Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) Arti takwa adalah terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.


Hanya saja perlu ditekankan bahwa kata "takwa" adalah sebuah ketaatan total terhadap seluruh aturan Allah Swt. dalam urusan hubungan kepada Allah (habluminnallah), diri sendiri (hambluminannafs) dan kepada sesama manusia (habluminannas) Sebagaimana yang Allah Swt. cantumkan dalam QS. Al Baqarah ayat 208:


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ


"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."


Ayat di atas menerangkan kata "kafah" yang bermakna keseluruhan, artinya seluruh aturan Allah harus ditaati secara total tidak setengah-setengah. 


Syariat Islam adalah seperangkat aturan dari Allah Swt. Zat Maha Pencipta sekaligus Maha Pengatur alam semesta, termasuk manusia di dalamnya. Manusia hidup di dunia harus menggunakan aturan Allah dalam menjalani kehidupannya. Agar ketakwaan terwujud padanya dan manusia dapat menggapai kemuliaan hidup tidak hanya di dunia namun juga hingga akhirat.


Islam Sumber Kemuliaan 


Standar kemuliaan dalam Islam adalah takwa, yang hanya bisa diraih jika seorang taat kepada Allah secara total (kafah). Sudah saatnya umat ini menyadari pentingnya kembali kepada syariat Islam secara kafah, yaitu dengan menerapkan aturan Islam baik pribadi, masyarakat hingga negara, agar ketakwaan bisa benar-benar terwujud.


Al-Qur'an yang diturunkan Allah Swt. di bulan Ramadan yang mulia menjelaskan seluruh aturan hidup manusia, hanya dengan kembali kepada Al-Qur'an sebagai sumber aturan hidup maka derajat kemuliaan umat ini akan benar-benar diraih.


Wallahu a'lam bishawab