Di Balik Bullying

Daftar Isi


Banyak hal yang memengaruhi, baik kurikulum pendidikan maupun pola asuh, baik di keluarga, masyarakat, maupun dari tontonan

Secara psikologis pelaku bullying adalah orang yang memiliki kepercayaan diri yang cenderung rendah, sehingga dia butuh pengakuan dan perhatian. Dengan cara membully orang yang lebih lemah darinya. Sehingga ada kepuasan tersendiri bagi pelaku


Penulis Dila

Aktivis Dakwah


Siddiq-news.com - Baru-baru ini kasus bullying kembali ramai terjadi, menambah daftar panjang kasus perundungan. Ironisnya, bullying kini makin marak di sekolah dasar, dengan perlakuan yang semakin sadis dan bengis membuat hati siapapun yang menyaksikan teriris dan menangis. Bagaimana tidak, ada seorang bocah SD meninggal dunia karena dikeroyok kakak kelasnya. 

Dikutip dari KOMPAS[dot]com, MHD (9), bocah kelas 2 di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya pada Senin (15/5/2023).

Sebelumnya setelah pengeroyokan pertama dilakukan, korban sudah mengeluh sakit dan sang kakek pun melarang korban untuk tidak masuk sekolah terlebih dahulu. Keesokan harinya, Selasa (16/5/2023), korban memaksa tetap masuk sekolah meski dalam keadaan sakit. Nanun nahas, saat itu korban kembali dikeroyok oleh kakak kelasnya.

Akibat pengeroyokan terakhir, korban harus dilarikan ke RS Primaya pada Rabu (16/5/2023) akibat mengalami kejang-kejang.


Faktor Bullying


Banyak hal yang memengaruhi, baik kurikulum pendidikan maupun pola asuh, baik di keluarga, masyarakat, maupun dari tontonan. Secara psikologis pelaku bullying adalah orang yang memiliki kepercayaan diri yang cenderung rendah, sehingga dia butuh pengakuan dan perhatian. Dengan cara membully orang yang lebih lemah darinya. Sehingga ada kepuasan tersendiri bagi pelaku. Jika kita telusuri, setidaknya ada 3 poin yang menjadi biang kerok terjadinya bullying, di antaranya:


Pertama pola asuh juga sangat memengaruhi kepribadian seseorang. Jika pola asuh yang seseorang terima adalah kekerasan, penindasan, sering dihakimi tanpa pernah didengarkan argumennya dan tindakan negatif lainnya. Hal tersebut selain akan merusak mental seorang anak. Hal itu juga yang akan dia contoh dan dilakukan kepada orang lain yang dia anggap lebih lemah dari dirinya. Itu dilakukan sebagai pelampiasan atas ketidaknyamanan yang ia terima dari orang di sekitarnya yang tidak mampu ia balaskan. 


Kedua tontonan di dunia maya yang begitu massif. Di sana menyuguhkan konten-konten yang unfaedah. Sayangnya  anak muda sekarang amat sangat menggandrungi itu. Sehingga konten-konten yang mudah viral kebanyakan yang tidak bermutu. Selain konten di sosial media, game kekerasan juga kerap dimainkan oleh anak-anak sehingga memunculkan rasa penasaran dan ingin mencobanya. 


Ketiga kurikulum pendidikan yang sekuler menjadi salah satu faktor penyebab kasus bullying seolah tak pernah usai. Bagaimana tidak, kurikulum dijadikan sebagai acuan suatu lembaga pendidikan. Sehingga akan menentukan bagaimana proses kegiatan belajar mengajar yang akan dijalankan oleh seorang guru di kelas. Jika kurikulum yang diemban oleh suatu lembaga pendidikan adalah sekuler, maka otomatis akan dengan mudah dan sistematis menjauhkan anak dari agamanya. Mengapa demikian, karena pendidikan yang sekuler sudah pasti akan memisahkan agama dari sendi kehidupan.

Mengapa semua ini bisa terjadi dan selalu berulang seperti tidak ada lagi solusi yang bisa diterapkan dalam persoalan ini. Semua ini terjadi biang dari segala biangnya adalah sistem yang diterapkan di negeri ini adalah sistem kufur buatan manusia, yang orientasi nya hanyalah hawa nafsu belaka bukan berdasarkan wahyu. Sehingga setiap solusi atau peraturan yang diterapkan tidak memuaskan akal dan menentramkan jiwa. 


Apa yang Harus Kita Lakukan? 


Sebagai seorang Muslim kita harus tahu jati diri dan paham apa tujuan hidup. Seperti darimana kita, untuk apa diciptakan dan akan kemana setelahnya? 

Tiga pertanyaan besar tadi harus terjawab dengan tepat. Karena tiga hal itu akan menentukan kualitas diri bagaimana menjalani kehidupan yang penuh dengan ujian. Banyak anak muda sekarang krisis jati diri, tidak tau arah tujuan hidupnya mau bermuara kemana. Sehingga mudah terombang-ambing oleh arus perkembangan zaman. 

Ketika kita paham bahwa kita berasal dari Allah, lalu diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah dan akan kembali kepadaNya. Seperti firman-Nya:

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja).” (QS. Az-Zariyat: 56)

Pemahaman seperti ini harus kokoh berada dalam benak seorang Muslim, agar tidak mudah goyah keyakinannya terhadap Allah Swt.. Sekalipun dia berada dalam pendidikan sekuler, insya Allah akan tetap teguh pendirian. 

Begitupun dengan pola asuh, jika orang tua sudah paham tujuan hidupnya, maka akan lebih mudah dan terarah dalam menjalankan perannya sebagai pendidik sekaligus penjaga amanah (anak) yang telah Allah percayakan kepadanya. 

Selain sebagai amanah, anak juga merupakan investasi dunia akhirat. Bagaimana tidak, ketika orang tua mampu menjalankan perannya sesuai dengan syariat, maka orang tua akan menuai kebaikan dunia dan akhiranya. 

Sudah barang tentu anak yang diasuh oleh orang tua yang saleh dan bahagia akan mencetak generasi berkualitas tanpa perlu menindas. 

Di samping itu harus dipahami pula bahwa tontonan juga sangat memengaruhi pola pikir dan sikap kita. Karena apa yang kita lihat dan dengar secara otomatis akan menjadi referensi kita. Untuk itu kita perlu memilah dan memilih tontonan apa yang layak dikonsumsi. Karena segala perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah Swt.. termasuk menonton. 

Islam menjadikan keimanan sebagai landasan dalam setiap perbuatan, sehingga menjadi benteng dari perilaku jahat atau sadis. Islam memiliki mekanisme komprehensif dalam membangun kepribadian rakyatnya pada semua lapisan usia sehingga terwujud individu beriman,  berakhlak mulia dan terampil. Dari sini dapat kita simpulkan dengan tegas bahwa hanya dengan sistem Islam kasus bullying bisa teratasi. Wallahu a'lam.