Harga Telur Melonjak, Rakyat Semakin Susah

Daftar Isi

 



Semua pengaturan yang tertata sistematis akan bisa terwujud jika menggunakan sistem ekonomi Islam. Karena dalam Islam kesejahteraan rakyat akan menjadi prioritas utama


Dominasi kapitalisme membuat produktivitas pangan sangat tergantung pada oligarki dan impor.  Sehingga berimplikasi pada peran negara sebagai penyedia pangan




Oleh Farah Friyanti 

(Aktivis Muslimah)


Siddiq-news.com--Telur merupakan sumber protein hewani selain daging dan ikan untuk mencukupi gizi yang dikonsumsi setiap harinya. Selain murah dan mudah didapatkan telur juga banyak diproduksi dan selalu tersedia di pasar. Namun beberapa pekan terakhir harga telur mengalami peningkatan. Alasannya beragam karena harga pakan yang naik, permintaan tinggi dan stok di pasar cenderung sedikit karena lebaran kemarin yang menyebabkan permintaan melonjak tajam. Namun penanganan terhadap kestabilan harga belum pasti dilakukan pemerintah karena seakan wajar dengan alasan tadi hingga rakyat harus menerima kondisi yang ada.


Melansir dari Kumparan (18/03/23), Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) menyesalkan harga telur di Pasar yang terus meningkat. Berdasarkan data tinjauan Pasar di Jabodetabek harga telur meningkat dari kisaran Rp.31.000/kg hingga Rp.34.000/kg. Untuk wilayah luar Pulau Jawa dan Indonesia Timur harga telur dikisaran Rp.38.000/kg  hingga Rp.40.000/kg dari kisaran harga normal sebelum kenaikan yaitu Rp.27.000/kg. Penyebabnya ada dua hal yaitu harga pakan ternak yang naik dan pendistribusian telur yang tidak merata, sebagian besar dipasok ke pedagang diluar pasar sehingga tidak terjadi supply (penawaran) dan demand (permintaan) yang sesuai kebiasaan. 


Peningkatan ini cukup signifikan melihat kondisi konsumsi rakyat terhadap telur kian meningkat namun kenaikan ini bisa mengakibatkan penurunan daya beli. Oleh karena itu rakyat terpaksa mencari alternatif makanan lain yang murah untuk menunjang gizi. Problem kenaikan harga telur bukan kali pertama jika melihat kondisi saat ini pemerintah hanya berdalih akibat fluktuasi dan jumlah pasokan yang tidak bisa memenuhi permintaan Pasar. Rancangan kebutuhan rakyat sebenarnya harus dibuatkan konsep  agar jumlah pasokan telur tidak kurang. Karena berdasarkan hukum ekonomi semakin sedikit dan langkah suatu barang maka harga barang akan naik.


Mengutip dari CNNIndonesia (16/05/23), Direktur Peternak Ayam Indonesia Ki Musbar Mesdi mengungkapkan bahwa kenaikan harga telur disebabkan oleh pesanan nasi bungkus dan nasi rames saat pendaftaran bakal calon legislatif pada bulan Mei ini. Permintaan telur kian meningkat sebagai imbas dari permintaan pedagang dan warung yang menyediakan makanan untuk masa para bakal calon legislatif yang serentak dilakukan di seluruh Indonesia.


Dalam sistem ekonomi kapitalis, negara hanya berperan sebagai pengawas yang menghubungkan antara pengusaha dan rakyat. Pengusaha sebagai produsen yang menyediakan pasokan serta menetapkan harga jual dan rakyat sebagai konsumen harus menerima harga dari barang kebutuhan ini. Negara hanya mengawasi agar harga di pasar bisa diterima dan dianggap wajar. Namun jika ada permainan penjualan dari produsen negara tidak bisa berbuat banyak. 


Dominasi kapitalisme membuat produktivitas pangan sangat tergantung pada oligarki dan impor.  Sehingga berimplikasi pada peran negara sebagai penyedia pangan. Katakanlah pakan ternak ayam ras yang bahan bakunya dari jagung sebagai salah satu unsur pembuatan pakan ternak mahal maka harga pakan akan naik. Kesalahan dalam mengelola ketersediaan pangan khususnya telur tentunya menjadikan pemerintah lalai dalam tugasnya meriayah umat. Pemerintah hanya duduk sebagai regulator sedangkan yang mengambil peran adalah para spekulan atau mafia pangan. Tentu ini mengkerdilkan peran penguasa.


Jika terjadi kelangkaan maka harga pangan akan naik sehingga pengusaha akan melempar tanggung jawab pada penguasa sehingga kebijakan yang diambil adalah impor. Kebijakan impor sangat mudah dilegalkan karena kedaulatan hukum ada ditangan penguasa sehingga bisa dirubah atau direvisi.  Kemudian yang terjadi akan mematikan kelangsungan peternak dan pedagang di negara ini.  


Sistem ekonomi Islam memiliki seperangkat aturan yang akan menjaga keseimbangan pasar, negara dan individu tidak boleh ada kesenjangan antara  satu dengan yang lainnya. Pasar bebas menentukan harga dan produksi barang serta tidak boleh ada gangguan yang menyebabkan tergoncangnya keseimbangan pasar. Negara tidak boleh berperan sebagai regulator saja namun harus menguasai penyediaan pangan bagi rakyat. Jika korporasi yang mengambil alih maka akan bebas menentukan harga dan rakyat pun makin dibuat susah. Negara harus menjadi pelindung rakyat dan mensejahterakan rakyat. Ini adalah amanah yang harus dilakukan.


Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah lah yang mematok harga, yang menyempitkan dan melapangkan rizki, dan saya sungguh berharap untuk bertemu Allah dalam kondisi tidak seorang pun dari kalian yang menuntut kepadaku dengan suatu kezaliman pun dalam darah dan harta.( HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).


Inilah rujukan mengenai penentuan harga. Rasulullah saw. tidak menentukan harga di pasar. Harga barang ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Negara akan berusaha menjaga stok telur di pasar dengan mengawasi mekanisme pasar dan menindak tegas pelaku yang curang. Dalam negara yang menerapkan sistem Islam, khalifah akan mengangkat qadhi hisbah untuk mencegah praktik-praktik curang yang diharamkan dalam Islam. Petani dan peternak akan mendapatkan kesejahteraan dari pengaturan ini. Sehingga rakyat bisa mendapatkan harga pangan yang terjangkau.


Semua pengaturan yang tertata sistematis akan bisa terwujud jika menggunakan sistem ekonomi Islam. Karena dalam Islam kesejahteraan rakyat akan menjadi prioritas utama dan memudahkan peternak memproduksi telur dengan mudah sehingga kebutuhan akan protein telur bisa tercukupi. 


Wallahu a’lam bishawab.