Untuk Siapa Subsidi Kendaraan Listrik ?

Daftar Isi

 



Dalam Islam transportasi umum adalah hal yang sangat penting dan diutamakan. Karena hal itu merupakan hak hajat untuk orang banyak



Hanya sistem Islam yang terbukti mampu menyejahterakan semua elemen masyarakat


Oleh Kurniawati S.Pd.


Siddiq-News.com--Tahun 2022 lalu  Jokowi dan Ma'ruf Amin mendorong masyarakat Indonesia untuk beralih memakai kendaraan listrik. Hal itu dilakukan untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh emisi kendaraan yang menyebabkan polusi udara.


Oleh karena itu pemerintah melalui Menteri Koordinator  Bidang Kemaritiman dan investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengumumkan pemberian subsidi mobil listrik yang berlaku pada 1 April 2021. Sedangkan untuk subsidi motor listrik dan konversinya telah berlaku pada tanggal 20 Maret yang lalu. (Kompas.com, 20/03/2023)


Mengutip cnnindonesia.com, (12/05/2023),  Menteri Keuangan Sri Mulyani menganggarkan dana sejumlah Rp 966 juta untuk mobil listrik Pegawai Negeri Sipil (PNS) setiap unitnya, sedangkan motor listrik dihargai sebesar Rp 28 juta setiap unitnya. 


Pengalokasian dana tersebut, diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 49 Tahun 2023 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2024, sementara Beleid itu membagi anggaran pengadaan kendaraan dinas listrik berbasis baterai untuk PNS eselon I dan II.


Adapun rincian harga mobil listrik untuk pejabat, eselon I sebesar Rp 966 juta dan eselon II sebesar Rp 746 juta. Nominal tersebut belum termasuk biaya pengiriman dan pemasangan instalasi pengisian daya.


Di samping itu, ada penambahan biaya perawatan tahunan untuk kendaraan listrik PNS. Ani menganggarkan biaya perawatan tahunan mobil listrik pejabat negara sebesar Rp14,84 juta. 


Kendaraan listrik sebenarnya hanya mampu dibeli dan dipakai oleh segelintir orang kaya yang memiliki banyak uang. Harga dan biaya perawatan yang mahal membuat masyarakat miskin dan menengah ke bawah tidak mampu membeli kendaraan tersebut. Subsidi tersebut juga hadir di tengah pencabutan subsidi BBM, gas elpiji 3 kg dan listrik 900 VA.


Subsidi ini tentunya tidak tepat sasaran. Karena masih banyak persoalan transportasi yang dihadapi rakyat yang harus segera mendapatkan solusi seperti kondisi angkutan umum yang kurang terawat dan belum merata, pelayanan yang buruk, jalan masih banyak yang rusak, kemacetan dan lain-lain.


Kendaraan listrik memang merupakan terobosan baru yang harus kita dukung. Tetapi dalam sistem kapitalisme bukan rakyat yang diperuntukkan tapi hanya segelintir elit pengusaha saja. Sistem kapitalis hadir hanya untuk menguntungkan para pengusaha. Pasalnya jika kendaraan listrik banyak dipakai dan diminati maka akan semakin memperkaya perusahaan swasta yang memproduksi kendaraan listrik tersebut.


Berbeda halnya dalam Islam.  Transportasi umum adalah hal yang sangat penting dan diutamakan. Karena hal itu merupakan hak hajat untuk orang banyak. Khalifah akan memanfaatkan keuangan dari baitul maal yang hanya diperuntukan untuk kemaslahan rakyat. Sebagaimana yang dicontohkan Khalifah Ustmaniyah Sultan Abdul Hamid II membangun kereta Instambul-Madinah  yang dikenal dengan nama Hizaj. Kereta tersebut dibuat untuk warganya untuk diakses secara gratis. 


Kita harus meyakini bahwa hanya sistem Islam lah yang akan menjadi solusi untuk menyejahterakan rakyat. Sistem datang dari Al Khalik yaitu pencipta manusia dan alam semesta. Hal itu akan bisa terwujud jika umat bersama-sama berjuang untuk mewujudkan sistem Islam dalam naungan sebuah negara. 


Sistem Islam adalah sistem yang mengelola kehidupan dengan Al-Quran dan sunah. Sistem yang pernah diterapkan sekitar 14 abad tahun lalu. Namun sejak keruntuhannya pada 3 Maret 1924 umat Muslim seperti buih di lautan . Mereka banyak tapi tidak memiliki kekuatan. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian, yang jika kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu al Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya (al hadis).” (HR. Al Hakim).


Lalu apakah kita akan bertahan dengan sistem saat ini yang terbukti belum mampu menyejahterakan masyarakatnya? 


Wallahu a'lam bishawab