Demi Uang, Kewarasan Ibu pun Melayang

Daftar Isi

 


Wanita dinafkahi oleh suami atau para walinya. Jika mereka tidak sanggup beralih pada negara

Sehingga wanita bisa fokus untuk menjalankan fungsi strategisnya. Sebagai ibu pencetak generasi hebat


Penulis Verawati S.Pd, A.P.Ph

Pegiat Literasi


Siddiq-news.com, OPINI -- Ada sebuah perkataan yang sangat masyhur terkait wanita. Yaitu wanita adalah tiang negara, bila wanita itu baik, maka baik pula negaranya, bila wanita itu buruk maka buruk pula negaranya.


Kalam ini, mengingatkan betapa keberadaan wanita itu memiliki peran yang sangat strategis. Peran strategi ini bukan  dalam ranah publik melainkan dalam ranah keluarga. Yaitu sebagai sosok yang melahirkan dan mencetak generasi, sebagai pendidik utama dan pertama juga sebagai pengurus urusan rumah. Jadi jika Ibu baik, maka keluarga baik dan keluarga baik, akan mencerminkan negara baik. Sebaliknya ibu yang  buruk, akan menjadikan keluarga buruk dan negara pun jadi buruk. 


Namun, di tengah derasnya guncangan kehidupan. Dengan terus naiknya harga berbagai kebutuhan pokok, mahalnya biaya pendidikan, kesehatan dan keamanan peran strategis ini banyak ditinggalkan. Wanita pun di rayu dengan gaya hidup yang hedonis dan serba permisif. Bagi wanita yang lemah iman dan kurang wawasan akan mudah tergoda. Dengan iming-imingi gaji atau bayaran yang terkesan besar. Rela melakukan yang merusak diri dan kelurga. Salah satu contohnya adalah kasus yang baru-baru ini terjadi.


Seorang ibu mudah yang sengaja buat video porno bareng anak kandungnya sendiri. Dilansir oleh media liputan (12/06/2024). Kasus pembuatan video vulgar bersama anak kandung marak akhir-akhir ini. Sejauh ini, total ada dua ibu muda yang ditetapkan sebagai tersangka. Adapun, mereka adalah AK (26) dan R (22). Kepada polisi, mereka mengaku nekat melakukan hal itu karena terperdaya iming-iming dari teman Facebook atas nama Icha Shakila.


Miris, demi yang kewarasan ibu pun melayang. Ini hanya satu dari ribuan kasus tentang rusaknya wanita yang berefek langsung pada keluarga dan juga negara. Pertanyaannya kenapa hal ini bisa terjadi? Bukankah fitrah seorang ibu melindungi dan menjaga anak dan keluarganya?


Jawabannya adalah baik buruk seseorang atau kepribadian seseorang dipengaruhi oleh pendidikan. Pendidikan hari ini telah gagal melahirkan sosok ibu yang memiliki kepribadian yang baik. Karena pendidikan saat ini berbasis sekular. Memisahkan agama dari kehidupan. Baik buruk perbuatan tidak lagi disandarkan pada agama. Melainkan disandarkan pada untung dan rugi secara materi. Inilah yang terjadi khususnya pada wanita dan umumnya pada manusia. Pendidikan yang berbasis kapitalisme-sekuler menghasilkan generasi matre dan lemah iman, tidak sanggup menghadapi berbagai tantangan hidup.


Selain sistem pendidikannya yang gagal, kapitalisme pun secara masif dan terstruktur menggiring wanita untuk meninggalkan peran strategisnya. Yaitu, wanita sudah sejak lama digiring untuk keluar dari rumah untuk bekerja. Dengan slogan-slogan yang terdengar hebat dan manis "Wanita yang hebat adalah wanita yang memiliki karier  (bekerja). Digelarlah seminar-seminar tentang pemberdayaan wanita dan lain sebagainya.


Padahal ketika wanita atau ibu keluar rumah,  pada saat itulah kehancuran keluarga sekaligus negara dimulai. Sebab, kapitalisme telah menguras habis tenaga wanita untuk bekerja di luar, tidak lagi mampu menjalankan perannya sebagai pendidik utama dan pertama bagi keluarganya. 


Kondisi ini sebenarnya buruk. Tetapi dengan terus dikampanyekan slogan-slogan pemberdayaan wanita ditambah dengan sistem kapitalisme membuat sulit dan sempit hidup membuat para wanita secara sadar atau tidak berbondong-bondong mencari kerja, bahkan akhirnya menjadi tulang punggung keluarga. Lapangan kerja perempuan pun begitu luas dibuka, sedangkan bagi laki-laki sempit dan sedikit. Malah PHK terus terjadi.


Berbeda dengan sistem Islam. Dalam Islam pendidikan ditujukan untuk membentuk individu yang memiliki kepribadian Islam. Yakni pola pikir dan pola sikap Islam. Sehingga sesoreng tersebut akan memiliki akidah yang kuat, sekaligus menjalankan kehidupan sesuai aturan. Termasuk wanita, dia akan mampu menjalankan perannya dengan baik karena bersandar pada agama.


Islam memposisikan wanita sebagai penanggungjawab urusan keluarga. "Wanita adalah penanggungjawab di dalam rumahnya. Dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Demikian sabda nabi Muhammad saw.. Mereka tidak diwajibkan dan tidak dibebankan untuk mencari nafkah. Wanita dinafkahi oleh suami atau para walinya. Jika mereka tidak sanggup beralih pada negara.


Kalau pun wanita boleh bekerja, mereka tetap terikat pada hukum syarak dan tetap bisa menjalankan tugasnya sebagai ibu yang mengurus keluarganya. Karena ada beberapa pekerjaan yang membutuhkan peran wanita. Seperti polisi wanita yang menangani kasus wanita, atau hakim di pasar juga boleh seorang wanita.


Karena beban nafkah ada pada suami atau para lelaki. Maka negara akan menyiapkan lapangan pekerjaan yang luas. Negara juga akan membagikan lahan pertanian atau harta lainnya pada rakyat. Bisa juga negara memberikan pinjaman atau memberikan modal pada yang membutuhkan. Semua itu dilakukan agar para lelaki mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Baik kebutuhan pokok, primer maupun tersier.


Untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan keamanan akan dijamin oleh negara. Fasilitas publik ini menjadi tanggung jawab negara yang pembiayaannya diambil dari kas baitulmal. Semua fasilitas ini bisa gratis atau rakyat hanya membayar dengan biaya murah. Layanan ini diberikan sama pada semua warga negara, baik muslim maupun non muslim. 


Demikian kebijakan yang akan diterapkan oleh sistem Islam. Secara dzohir akan memudahkan rakyatnya, baik laki-laki maupun wanita. Para wanita atau ibu akan merasakan ketenteraman hati dan kewarasan pikiran. Karena beban hidupnya ditanggung oleh suami atau wali atau negara. Sehingga wanita bisa fokus untuk menjalankan fungsi strategisnya. Sebagai ibu pencetak generasi hebat.

Wallahualam bissawab. []