Kapitalisme Menggerus Fitrah Ibu
Syariah akan menjadi pondasi utama yang membimbing seorang ibu dalam mengatur urusan keluarganya
Menjauhi hal-hal haram adalah salah satu prinsip yang akan ia ajarkan kepada anak-anaknya
Penulis Intan A
Pegiat Literasi
Siddiq-news.com, OPINI -- “Seorang ibu adalah orang yang selalu berada di sisi kita, bahkan ketika dunia melawan kita.” (Lousa May Alcott).
Kutipan ini menunjukkan keyakinan bahwa seorang ibu adalah sosok yang dapat dipercaya dan menjadi sandaran dalam hidup bagi seorang anak. Sayangnya, tidak semua ibu seperti itu sebagaimana yang tampak dalam kasus video viral berisi konten pelecehan anak balita yang dilakukan oleh ibunya sendiri. Tersangka disebutkan melakukan hal tersebut karena diiming-imingi uang sebesr Rp15 juta oleh sebuah akun facebook (detik.com, 09/06/2024).
Hal ini tentu sangat memprihatinkan dan di luar nalar, terlebih korbannya adalah anak yang seharusnya menjadi pihak yang dilindungi oleh orang tuanya.
Sikap tidak manusiawi ini mendapatkan reaksi keras dari masyarakat. Oleh sebab itu, kasus ini cepat diusut hingga tuntas. Namun, tidak seharusnya masyarakat merasa lega karena faktanya kasus seperti ini kembali berulang dan terjadi di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, belum lama ini dengan motif yang sama. (kompas, 09/06/2024). Lantas, mengapa kasus serupa terjadi kembali?
Pada dasarnya, tindak pelecehan apapun tidak diterima dalam norma masyarakat dengan alasan apapun. Namun, pelecehan anak dengan motif untuk memperoleh keuntungan ini terus terjadi dalam berbagai bentuk. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku mementingkan keuntungan semata sehingga menghalalkan segala cara. Tindakan seperti ini mencerminkan gagalnya sistem pendidikan dimana pelajaran agama, moral dan adab tidak diambil sebagai patokan hidup. Persepsi yang terbentuk mendorong untuk mengambil hal-hal yang menguntungkan saja. Sebab penerapan sistem sekulerisme yang mengabaikan pondasi agama sebagai asas kehidupan mengakibatkan mereka berbondong-bondong menanggalkan fitrahnya bahkan menimpa para ibu yang mementingkan keuntungan dan materi saja. Padahal anak adalah amanah dari Allah Swt. dan harus dijaga juga dididik sebaik-baiknya.
Rasulullah saw. bersabda, "Setiap diri adalah pemelihara, dan setiap engkau akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya: Seorang pemimpin adalah pemelihara, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang laki-laki juga pemelihara dalam keluarganya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. [HR al-Bukhâri]
Tanggungjawab sebagai ibu dalam Islam mengharuskan mereka untuk mengoptimalkan peran dan memastikan anggota keluarganya senantiasa bertakwa kepada Allah Swt. Artinya, standar dalam bersikap bukanlah untung rugi tapi suka dan bencinya Allah Swt.. Syariah akan menjadi pondasi utama yang membimbing seorang ibu dalam mengatur urusan keluarganya. Menjauhi hal-hal haram adalah salah satu prinsip yang akan ia ajarkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu, Islam akan senantiasa menjaga fitrah seorang ibu sebab standar bahagianya bukan materi tapi rida Allah Swt..
Pada praktiknya hal tersebut membutuhkan kepada pembentukan individu yang bertakwa dan itu hanya dapat diraih secara maksimal melalui sistem pendidikan Islam. Demikianlah, penerapan sistem sekuler tidak akan cocok dan tidak akan pernah mampu menanggulangi kasus pelecehan anak yang berulang ini. Sebab semuanya mengakar pada persepsi yang terbentuk pada masyarakat. Oleh sebab itu, perbaikan secara totalitas dibutuhkan yakni dengan mengganti asas sekularisme dengan asas akidah Islam. Maka untuk menyelesaikan secara tuntas persoalan pelecehan anak haruslah melalui penerapan sistem Islam yang menyeluruh guna mengembalikan fitrah ibu sesuai tempatnya.
Wallahualam bissawab. []