Pelecehan Anak Berulang, Kapitalisme Menggerus Fitrah Ibu
Dalam kehidupan kapitalisme sekularisme, masyarakat memiliki kebebasan untuk melakukan perbuatan apapun untuk mendapatkan materi
Sekalipun itu melanggar norma agama dan hukum
Penulis Siti Supatmiati
Pegiat Literasi
Siddiq-news.com, OPINI -- Sungguh miris peristiwa yang baru-baru ini terjadi, di mana seorang ibu melakukan pelecehan seksual terhadap anak laki-lakinya. Sebagaimana yang diberitakan oleh Tempo, Bekasi bahwa Ak, 26 tahun, seorang ibu muda nekat mencabuli anak kandung laki-lakinya sendiri yang baru berusia 9 tahun, karena tergiur oleh sejumlah uang yang akan diberikan oleh seorang kenalannya di akun Facebook. Video ini dibuat oleh anak perempuannya. (Sabtu, 8 Juni 2024)
Peristiwa ini terjadi di latarbelakangi keinginan seorang ibu untuk mendapatkan sejumlah uang yang besar guna memenuhi kebutuhannya. Kenaikan harga pada berbagai barang kebutuhan pokok menjadikan kehidupan ekonomi makin sulit.
Kenaikan harga ini sebagai akibat adanya sistem perekonomian kapitalis, di mana yang menguasai roda perekonomian adalah para pemilik modal (para oligarki) yang berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Sumber daya alam yang sejatinya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dikuasai olah para oligarki. Keadaan ini menjadikan masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain permasalahan ekonomi, hal ini juga disebabkan kurangnya pemahaman agama pada diri seorang ibu. Di mana dalam sistem kapitalisme sekularisme, pendidikan agama yang diberikan hanya sebatas ibadah ritual, tidak menyampaikan pemahaman syariat Islam secara kafah (menyeluruh). Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surah Al-Baqarah ayat 208 yang artinya "Wahai Orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah mengikuti langkah-langkah syaitan sesunguhnya ia adalah musuh yang nyata bagimu."
Islam juga mengatur peran seorang ibu dalam mengurus rumah tangga serta menjaga dan mendidik anak-anaknya. Dalam sistem ini pendidikan yang ditempuh semata-mata berorientasi untuk mendapatkan materi.
Dalam kehidupan kapitalisme sekularisme, masyarakat memiliki kebebasan untuk melakukan perbuatan apapun untuk mendapatkan materi. Sekalipun itu melanggar norma agama dan hukum. Seperti pembuatan video asusila, ini merupakan salah satu bentuk kebebasan dalam bertingkah laku. Mereka tidak memperhatikan akibat dari perbuatannya, yang akan dapat memberi pengaruh yang buruk, baik bagi yang membuat maupun yang melihatnya.
Dalam sistem kapitalisme, fitrah ibu yang sejatinya mengatur urusan rumah tangga serta mendidik dan menjaga anak-anaknya, peran itu hampir tidak ada. Bahkan seorang ibu ikut berperan dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kelurganya.
Berbeda dengan sistem Kapitalis, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dengan aturan dari Allah Swt.. Begitu pula dengan sistem perekonomiannya diatur secara syariat Islam. Dalam perekonomian Islam seluruh sumber daya alam sepenuhnya dikuasai negara, hasilnya digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Negara menjamin seluruh kebutuhan pokok masyarakat, termasuk biaya pendidikan, serta kesehatan bagi setiap warga negaranya. Sehingga masyarakat tidak perlu menempuh berbagai cara dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam aspek pendidikan sistem Islam menekankan pada pembentukan akidah yang kuat. Dan berusaha memahamkan masyarakat baik dari segi aqliyah (pemikirannya) maupun syaksiyah ( kepribadiannya), sehingga masyarakat memilki pemikiran dan kepribadian yang berdasar pada syariat Islam. Hal ini tentu akan mencegah masyarakat untuk melakukan hal yang melanggar norma agama dan hukum.
Dengan penerapan syariat Islam dalam keluarga, akan menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Di mana seluruh anggota keluarga akan menjalankan perannya masing-masing sesuai perintah Allah Swt.. Sebagaimana firman-Nya dalam surat At Tahrim ayat 6 yang artinya "Wahai orang-orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Wallahualam bissawab. []