Anak Bunuh Orang Tua Sendiri, Ada Apa dengan Anak Muda Sekarang?

Daftar Isi

Pemuda saat ini sangat jauh dari harapan seorang pemuda yang berdaya dan menjadi tumpu harapan bagi semua orang bahkan negara

Pemuda saat ini memiliki perilaku nir adab, tidak sabaran, tidak berdaya, banyak pengangguran, menjadi pelaku kriminal, bahkan menjadi pelaku pembunuhan 


Penulis Reka Nurul Purnama, S. Pd.

Pendidik Generasi


Siddiq-news.com, OPINI -- Sebuah tragedi menyayat hati, terutama bagi orang tua melihat kejadian akhir-akhir ini begitu mengerikan, di mana seorang anak di zaman sekarang berani membunuh ibu atau bapak kandungnya yang kebanyakan dilatarbelakangi sakit hati. Hati orang tua mana yang tidak sedih melihat fenomena yang sungguh tidak wajar ini.

Dikutip dari liputan6.com viral di sosial media seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Hasil penyelidikan polisi, pelaku nyatanya dua anak kandungnya sendiri. "Sudah ditangkap. Keluarga sendiri. Dua orang anak remaja putri bernama K dan P," tutur Kapolres Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly saat dikonfirmasi, Minggu (23/6/2024). 

Pelaku yang masih di bawah umur 20 tahun diduga sakit hati karena ketahuan mencuri uang ayahnya dan dimarahi. Lalu fenomena yang sama terjadi di Lampung, karena kesal diminta antarkan ke kamar mandi, anak di Lampung habisi ayah penderita stroke, pelaku berusia 19 tahun. Hal ini membuat miris banyak orang tua, serta membuat khawatir dengan emosi yang tidak terkendali anak muda saat ini, yang anti ditegur, dinasehati, dan diberitahu. Rasanya betul sebuah ungkapan, anak muda zaman sekarang itu punya kesabaran selembar tisu yang dibagi lagi menjadi tujuh.

Ungkapan bung Karno yang sangat fenomenal, yaitu: "Beri Aku sepuluh pemuda maka akan Aku guncangkan dunia." Rasanya kualitas pemuda saat ini sangat jauh dari harapan seorang pemuda yang berdaya dan menjadi tumpu harapan bagi semua orang bahkan negara.

Apabila kita telaah, kenapa pemuda saat ini memiliki perilaku nir adab, tidak sabaran, tidak berdaya, banyak pengangguran, menjadi pelaku kriminal, bahkan menjadi pelaku pembunuhan bahkan kepada orang terdekatnya sendiri. Maka perlu melihat beberapa aspek akar permasalahan dari semua ini.

Aspek pertama adalah keluarga, kita tahu bahwa keluarga adalah benteng pertama bagi masyarakat, seorang anak yang hebat, berperilaku baik pasti lahir dari keluarga yang baik juga. Namun saat ini probematika keluarga begitu kompleks, banyaknya kasus perceraian yang kian hari semakin marak menjadi masalah yang ternyata memengaruhi psikologis anak. Ditambah dengan keluarga yang tidak harmonis karena peran antara ibu dan ayah tidak maksimal dan tidak sesuai perannya. Tuntutan ekonomi menjadikan seorang ibu harus keluar mencari nafkah sementara sang ayah kesulitan mencari pekerjaan karena sempitnya lapangan kerja. Tentu hal ini menjadi masalah serius yang harus diselesaikan, memaksimalkan peran ibu sebagai pendidik anak dan ayah sebagai pencari nafkah perlu didukung oleh beberapa elemen, terutama pemerintah. Namun saat ini pemerintah masih tergolong abai tanpa solusi pasti.

Pada aspek ke dua, kita lihat masyarakat saat ini bukanlah masyarakat yang peduli. Masyarakat sekarang cenderung individualis. Amaar ma'ruf nahi mungkar rupanya telah hilang dari adat istiadat kita sehari-hari. Sehingga ketika terjadi kemaksiatan di depan mata, seolah itu hanya masalah pribadi masing-masing, bukan masalah bersama. Hal ini menyebabkan tambah maraknya kriminalitas termasuk akhlak anak muda yang makin tak terpuji bahkan melampaui batas.

Aspek ke tiga adalah sekolah sebagai lembaga pendidikan bagi anak tidak menjadi wadah yang mengokohkan keimanan yang merupakan fondasi anak dalam berperilaku, sekolah hanya sekedar formalitas tanpa visi yang jelas. Sekedar sekolah dan mendapatkan ilmu, tapi ilmu yang didapatkan tidak bisa teraplikasikan. 

Yang terakhir dan paling fundamental adalah aspek negara. Negara menjadi pertahanan terakhir yang harusnya melahirkan aturan yang bisa membuat kondusif segala hal, termasuk harusnya negara bisa mencetak generasi cemerlang dengan program-programnya, nyatanya negara saat ini hanya sekedar negara yang abai terhadap rakyatnya, negara yang tidak peduli terhadap urusan rakyatnya, negara yang hanya melahirkan aturan yang menguntungkan pemangku kekuasaan, jabatan dan konglomerat. 

Memang sistem kapitalisme mewajarkan seperti demikan, di mana aturan bukanlah untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk kepentingan yang membuat aturan. Lemahnya sistem demokrasi karena aturan yang lahir adalah dari akal manusia, yang lemah dan terlalu berpihak kepada kepentingan masing-masing. Negara yang asasnya demokrasi seperti sekarang jelas tidak berdiri berdasarkan mau berkorban dan mengurusi urusan rakyat dengan baik, terbukti dari aturan yang lahir dan yang kita rasakan sekarang ini, semua adalah tentang abainya negara terhadap urusan rakyat. 

Fenomena pemuda yang membunuh orangtua tentu bukan fenomena yang harus dipertahankan dan diapresiasi, ini fenomena memalukan dan memilukan. Perlu dituntaskan setidaknya dari empat aspek di atas. Aspek keluarga yang makin hari makin rusak, perlu diperbaiki dengan memaksimalkan tugas dan peran orangtua yaitu ibu dan ayah sesuai dengan arahan Islam. Jadi anak lahir dari ibu dan ayah yang sehat dan benar. Keluarga harus kembali kepada agama untuk meluruskan, menguatkan peran masing-masing. Perlu juga negara maksimal dalam menyediakan lapangan pekerjaan untuk seorang ayah bukan seorang ibu. Ibu maksimal dengan perannya sebagai madrasah pertama dan pengatur rumah tangga. 

Aspek kedua adalah perlu masyarakat yang peduli terhadap apa yang terjadi di hadapan mata, masyarakat mampu mengontrol dengan menyuarakan kebenaran, sehingga kriminalitas dan kemaksiatan yang terjadi tidak dibiarkan begitu saja, sehingga hal tersebut bisa menekan angka kriminalitas.

Aspek ketiga adalah perlulah sekolah memiliki visi yang jelas, dengan menanamkan akidah dan keimanan yang kokoh di awal-awal masa sekolah, lalu mencetak generasi yang berkepribadian baik, yaitu pola pikir dan pola sikapnya baik, lagi-lagi perlu dasar agama agar semua ini bisa berjalan. 

Aspek keempat yaitu yang fundamental yaitu perlu negara yang mau mengurusi rakyat. Maka dari itu, ternyata hidup berkeluarga, bermasyarakat, berpendidikan, dan bernegara akan kacau dan tidak sesuai fitrah ketika berdiri di atas asas yang salah. Asas yang salah adalah asas yang tidak berdasarkan agama dan demokrasi lahir tidak berdasarkan asas agama tetapi asas manfaat, sehingga kerusakanlah yang kita rasakan. Penuntasan dan pembenahan empat aspek di atas hanya dapat dilakukan dengan sistem Islam, di mana sistem inilah yang benar karena sesuai dengan fitrah manusia dengan menggunakan aturan dari Sang Pencipta. 

Maka, perlulah kita terhadap agama dengan menjadikannya asas dalam kehidupan kita dalam seluruh aspek kehidupan, yakinlah bahwa aturan dari Sang Pencipta yaitu Allah Swt. adalah yang terbaik. Hanya sistem Islam yang mampu mengurusi urusan rakyat sesuai dengan aturan sang pencipta yang tidak akan menguntungkan satu dan merugikan yang lain, kecuali keberkahan akan tercurah pada negeri tersebut. Wallahualam bissawab. []