Demokrasi Menyuburkan Penistaan Agama

Daftar Isi

 


Penerapan sistem Islam secara kafah, segala pola pikir, perbuatan hingga tindakan manusia akan selalu dikaitkan dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.

Sehingga timbul rasa takut atas azab Allah Swt. apabila melakukan perbuatan dosa


Penulis Wanti

Pegiat Literasi 


Siddiq-news.com, OPINI -- Nama Iyus Sugiman atau dikenal dengan Abuya Al Batani belakangan ini menghebohkan media sosial dengan klarifikasinya bahwa dia bisa memenggil malaikat maut, Izrail maupun Munkar dan Nakir serta bisa berbahasa semut. Iyus Sugiman pengasuh pondok pesantren Uniq Nusantara di Malang, Jawa Timur ini juga mengklaim bisa bahasa suryani hingga 500 kitab. Suaranasional, Rabu(19/6/2024) 

Aktivis Islam Farid Idris mengatakan "saya liat ajaran mama Ghufron (nama dalam dakwahnya) itu isinya sesat dan masyarakat yang pemahamanya Islamnya masih lemah bisa terpengaruh ajaran mama Ghufron ini" ujarnya. Di Indonesia banyak sekali orang yang mengaku-ngaku dirinya adalah utusan dari langit atau malah mengaku nabi dengan membawa ajaran yang menyesatkan bagi masyarakat awam. 

Banyaknya kasus penistaan agama semacam ini menunjukkan bahwa negara belum mampu membendung ajaran-ajaran yang keluar dari ajaran agama Islam, akhirnya timbul tenggelam silih berganti. Penyebab lainnya adalah mudahnya masyarakat terjerumus pada ajaran yang salah, serta lemahnya pemahaman mereka tentang agama. Kondisi masyarakat yang cenderung malas berpikir, inginnya beribadah dengan cara yang mudah, hingga terpengaruh pada agama yang tidak benar.

Ditambah lagi sistem yang diterapkan saat ini memberlakukan kebebasan berpendapat dan beragama, maka dengan kebebasan tersebut orang akan bebas mempelajari, memeluk, hingga menyebarkan pemahaman yang salah. Kebebasan ini diakomodasi oleh sistem demokrasi, sehingga banyak masyarakat yang kebablasan dan salah mengajarkan agama.

Kondisi ini sangat membahayakan, terutama masyarakat awam yang baru belajar Islam, kemudian bertemu dengan pemahaman sesat. Walhasil, mereka terjerumus pada ajaran yang salah dan penistaan agama.

Penistaan agama seperti ini akan banyak terjadi bahkan berulang, karena ketidaktegasan negara dalam memberikan sanksi kepada pelakunya. Negara saat ini menganut sistem demokrasi sekuler yang artinya, memisahkan kehidupan dengan agama, membebaskan masyarakatnya untuk berapresiasi atau bersuara dengan pendapatnya. Masyarakat boleh melakukan apapun itu, selama tidak mengganggu orang lain. 

Islam agama yang sempurna, karena mengatur aktivitas dan hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri, dan mengatur hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Negara Islam akan menjaga akidah masyarakatnya supaya tetap berpegang teguh dengan katauhidan, melakukan semua aktivitas dengan berpatokan pada halal dan haram, bukan standar baik dan buruk berdasarkan pandangan manusia saja. Negara Islam juga memberi sanksi yang tegas terhadap orang yang melanggar aturan. 

Banyaknya aliran sesat yang bertebaran, menunjukkan bahwa pemerintah tidak bekerja dari pengalaman dan cenderung abai terhadap keamanan akidah masyarakat, padahal seorang pemimpin seharusnya punya kewajiban menjaga akidah rakyatnya dan negara mengatur apa yang dilakukan masyarakatnya, sehingga tidak akan ada orang yang mengaku-ngaku membawa ajaran baru dan tidak akan ada yang berani menistakan agama.

Seperti Al-Mawardi dalam kitabnya, Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, menyebutkan tugas utama pemimpin adalah hirasatuddin wa siyasatuddunnya (menjaga agama dan mengatur dunia dengan agama). Begitu pula Imam Al- Ghazali yang mengatakan bahwa agama dan kekuasaan bagaikan saudara kembar, yaitu agama sebagai pondasi dan kekuasaan sebagai penjaga. Hal ini menunjukkan bahwa penguasa harusnya menjadi penjaga bagi rakyat, yakni salah satunya menjaga akidah. 

Selain itu, negara menerapkan sanksi tegas yang dapat menimbulkan efek jera. Sebagaimana ketegasan sikap Khalifah Abdul Hamid saat merespon pelecehan kepada Rasulullah saw., di mana Khalifah memanggil duta besar Prancis untuk meminta menjelaskan atas niat mereka yang menggelar teater yang melecehkan Nabi saw..

Dengan demikian, negara yang menerapkan sistem Islam secara kafah, maka segala pola pikir, perbuatan hingga tindakan manusia akan selalu dikaitkan dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. sehingga timbul rasa takut atas azab Allah Swt. apabila melakukan perbuatan dosa. Wallahualam bissawab. []