Hari Keluarga Menuju Indonesia Emas, Mampukah?

Daftar Isi

Saat menginginkan terwujudnya keluarga yang berkualitas dan Indonesia menuju emas tidak ada cara lain kecuali dengan menerapkan syariat Islam secara kafah

Penerapan Islam juga tidak hanya akan menghantarkan pada kebahagiaan duniawi (ekonomi), melainkan juga ukhrowi (akhirat)


Penulis Verawati S.Pd, A.P.Ph

Pegiat Literasi


Siddiq-news.com, OPINI -- Harta yang paling berharga adalah keluarga

Istana yang paling indah adalah keluarga

Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Mutiara tiada tara adalah keluarga


Potongan lirik lagu film keluarga Cemara di atas memang benar adanya. Bahwa keluarga memiliki arti yang begitu bermakna. Semuanya menginginkan mendapatkan keluarga yang bahagia dan terpenuhinya berbagai kebutuhan hidup. Akan tetapi, faktanya banyak keluarga yang di ujung tanduk kerusakan dan kehancuran. Seperti keluarga yang mengalami KDRT, stunting, Perceraian, kemiskinan dan lain sebagainya.

Maka pada tanggal 30 Juni 2024 yaitu peringatan hari keluarga nasional mengambil tema Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas. Peringatan hari keluarga nasional 2024 bertempat di Alun-alun Semarang. Dihadiri oleh Bapak Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia, Muhajir Efendi. Dalam kesempatan tersebut, beliau mengatakan bahwa keluarga adalah penentu dan kunci dari kemajuan suatu negara. Maka dari itu, pemerintah saat ini tengah berkerja keras untuk menyiapkan keluarga Indonesia yang berkualitas dan memiliki daya saing. (Kemekopmk.go.id,30/06/2024)

Selain itu, ada intervensi langsung oleh negara pada keluarga misalnya menyiapkan ibu yang sehat. Yaitu dengan cara memberikan tablet penambah darah dan penyuluhan tentang stunting. Selain itu juga menyiapkan fasilitas pemantauan kesehatan dan gizi ibu dan bayi yang terstandar di Posyandu dan Puskesmas mulai dari alat timbang terstandar, alat ukur antropometri, dan juga penyuluhan gizi dengan kader-kader yang terlatih. 

Pertanyaannya adalah apakah upaya yang dilakukan akan mampu menuju Indonesia emas? Sudahkah menyentuh akar persoalan yang tengah dihadapi oleh keluarga?  Misalnya stunting, persoalan ini berkaitan erat dengan kemiskinan. Banyaknya stunting karena banyak keluarga yang tidak mampu memberikan gizi yang baik pada anaknya. Begitupun dengan KDRT dan perceraian, banyak dipicu karena masalah ekonomi.  Masalah ekonomi pastinya berkaitan dengan sistem yang diterapkan saat ini, yaitu kapitalisme.

Jadi rasanya jauh panggang dari api, jika solusi yang diberikan hanya memberikan tablet penambah darah, perbaikan fasilitas posyandu dan menyiapkan kader-kadernya yang hebat. Sedangkan persoalan yang sebenarnya tidak disentuh yaitu sistem kehidupan termasuk sistem ekonomi di dalamnya. 

Hari ini rakyat dibebankan dengan harga-harga kebutuhan begitu tinggi. Pajak yang terus naik dan hampir semua layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan berbayar. Padahal pendapatan rakyat sangat kecil dan lapangan pekerjaan begitu sulit. Bahkan pemutusan hak Kerja (PHK) begitu banyak dan terus bertambah.

Sisi lain peran pemerintah begitu leluasa memberikan sumber-sumber kekayaan pada pihak asing dan swasta. Undang-undang minerba, Omnibus Low begitu memihak para pemilik modal. Walhasil yang menikmati kekayaan negeri ini hanya segelintir orang saja dan mereka banyak dari asing dan aseng. Sedangkan sebagian besar rakyat berebut harta yang sedikit. Hidup dalam kemiskinan yang terstruktur.

Si miskin akan tetap miskin. Kalau miskin akan sulit untuk mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan. Akhirnya bodoh dan sakit. Kalau sudah bodoh dan sakit maka sulit mendapatkan akses ekonomi. Maka akan miskin selamanya, seperti lingkaran setan. Inilah yang diciptakan oleh sistem kehidupan kapitalisme dan ekonomi yang melebarkan kesenjangan.

Berbeda dengan Islam. Islam memiliki seperangkat aturan yang menjamin terpeliharanya keutuhan dan ketahanan keluarga. Islam menjamin setiap pemenuhan kebutuhan pokok. Bahkan kebutuhan sekunder dan tersier.

Islam mewajibkan bagi laki-laki yang kuat untuk mencari nafkah. Agar terlaksana kewajiban ini, maka pemerintah Islam akan menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup, pemberian modal (uang atau barang), pinjaman modal tanpa bunga atau bisa juga pemberian tanah untuk digarap. Jika tidak ada wali, maka kebutuhan  tersebut berpindah kepada negara. 

Karena kekayaan dalam Islam sudah jelas pembagiannya. Yaitu ada harta milik umum, milik negara dan milik individu. Harta milik umum tidak boleh dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu termasuk oleh negara. Jenis harta ini seperti air, api dan padang gembala.

Hal ini sebagaimana hadis nabi saw. "Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal : dalam air, padang rumput [gembalaan], dan api.” (HR Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah). Termasuk api yaitu bahan bakar minyak dan berbagai bahan yang bisa menghasilkan api.

Harta ini akan dikelola oleh negara dan hasilnya akan dibagikan kepada seluruh warga negara. Bisa juga untuk kepentingan pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan.

Begitu pula dengan sistem pendidikannya. Dalam Islam pendidikan bertujuan untuk menjadikan setiap individu memiliki kepribadian Islam, menguasai sains dan tekhnologi serta disiapkan untuk menjadi pemimpin. Dengan bekal kepribadian Islam seorang bapak atau laki-laki akan bertanggung jawab terhadap keluarganya dalam mencari nafkah dan juga pendidikan. Begitu pula ibu, akan fokus menyiapkan generasi yang baik. Mencukupi kebutuhan gizi dan kasih sayang  pada setiap anak-anaknya. 

Tidak seperti hari ini, ibu dituntut untuk bekerja mencari cuan, demi membantu dapur tetap ngebul dan kebutuhan pendidikan serta kesehatan. Sehingga ibu tidak mampu mengurus anak dan keluarganya secara optimal. Efeknya adalah banyak anak yang melampiaskan pemenuhan kasih sayang di luar. Mereka mudah terkena narkoba, pergaulan bebas atau gangster dan lain sebagainya. 

Beda jelas antara sistem Islam dengan sistem kapitalis. Sungguh ketika kita menginginkan terwujudnya keluarga yang berkualitas dan Indonesia menuju emas tidak ada cara lain kecuali dengan menerapkan syariat Islam secara kafah. Penerapan Islam juga  tidak hanya akan menghantarkan pada kebahagiaan duniawi (ekonomi), melainkan juga ukhrowi (akhirat). Sebab aturan Islam berasal dari Zat Yang Maha Kasih Sayang dan Adil. Wallahualam bissawab. []